Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2013, 15:53 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com — Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang mulai mendalami temuan reruntuhan candi seluas 100 meter persegi di atas tanah Perhutani di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Warga setempat menamai kompleks itu sebagai Candi Rubuh.

Selain itu, tiga buah watugentong, sebuah yoni, dan pecahan gerabah ditemukan terpisah dalam radius satu kilometer dari kompleks reruntuhan candi. Pamong budaya Dinas Pariwisata, Tri Subekso, Rabu (3/4/2013) siang, berkesempatan melihat reruntuhan candi tersebut.

Lokasi candi berjarak tujuh kilometer dari jalan raya Semarang-Solo, tiga kilometer memasuki lokasi berupa jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. "Seminggu sebelum Paskah, ada tim dari pusat arkeolog nasional dan seorang arkeolog asal Belgia datang ke sini dan meneliti bebatuan candi di sini. Tapi mereka belum bisa memberikan keterangan mengenai candi ini dari masa apa," kata Tri saat tiba di lokasi.

Melihat bentuk bangunan dan lokasinya, Tri meyakini Candi Rubuh sezaman dengan Candi Gedongsongo. Namun, bangunan fisik Candi Rubuh diperkirakan hasil rekonstruksi ala kadarnya warga setempat seabad yang lalu terhadap beberapa bagian candi yang mungkin bisa diselamatkan oleh penduduk dari peristiwa bencana alam.

"Sejak saya kecil Candi Rubuh ini sudah ada di sini. Tapi kata orang-orang tua dulu, lokasi candi sebenarnya ada di sana. Mungkin dulu kena bencana alam atau bagaimana sehingga material candi berhamburan ke mana-mana," kata Marman (63), petani setempat yang dijumpai di lokasi, sambil menunjuk hamparan lembah tak jauh dari lokasi candi.

Menurut Tri, kompleks reruntuhan candi di atas bukit dengan pemandangan lembah yang indah dan mata air di bawahnya menyiratkan bahwa kawasan ini dahulu merupakan perkampungan padat penduduk. "Kalau mengacu arti candi bagi pemeluk Hindu sebagai tempat bersemadi, biasanya memang memenuhi unsur keindahan dan ketersediaan sumber air. Semuanya bisa tergambar di sini sehingga kami perkirakan di sini dahulu sudah padat penduduk," kata Tri.

Namun, kini batu-batuan candi dan mungkin sejumlah benda purbakala lainnya diperkirakan menjadi koleksi pribadi warga. Beberapa patung pernah diambil dari salah satu titik temuan. Pemerintah akhirnya memasang papan informasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya agar tidak ada penjarahan.

"Batu-batu candi ini mudah sekali ditemukan di sini, dulu banyak warga yang mengambil untuk fondasi atau umpak rumah. Tapi sekarang tidak lagi sejak kami memasang papan informasi mengenai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010. Kami akhirnya mendapat laporan mengenai yoni yang disimpan di rumah warga, tapi mereka mau menyerahkan ke pemerintah," ungkap Tri.

Nama Candi Rubuh seperti warga menyebutnya, lanjut Tri, sangat identik dengan catatan Belanda mengenai keberadaan Candi Bubrah di Kecamatan Klepu. Sebab, berdasarkan penelusuran Dinas Pariwisata, sebagian isi dokumen tersebut pada akhirnya cocok dan terbukti. "Secara administratif wilayah ini dulu masuk Klepu. Jika benar catatan Belanda mengenai Candi Bubrah di Klepu, saya meyakini inilah yang dimaksud," tandas Tri.

Sementara itu, dari lokasi penemuan toni, Busri (55), warga Sambirejo, Kecamatan Bringin, yang merupakan seorang petani penggarap lahan Perhutani, mengungkapkan, sekitar lima tahun yang lalu di sekitar yoni tersebut ditemukan dua buah patung. "Patung-patung itu sekarang tidak tahu di mana. Setahu saya patung yang satu kondisinya masih bagus, tapi yang satu lagi terkena cangkul," terang Busri.

Dari lokasi penemuan yoni, selain ditemukan batu bata kuno, juga pecahan-pecahan gerabah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com