Catatan Perjalanan praEkspedisi 3.235 Kilometer

Matahari pagi yang mulai menampakkan sinarnya di antara pohon nyiur tepi pantai Pulau Weh mengawali perjalanan menjelajahi Sumatera melalui jalur darat. Dari pulau paling ujung di bagian barat Indonesia, penelusuran jejak kota dan peradaban juga dimulai.

Kota Sabang menjadi titik awal untuk merekam kembali sejarah panjang masa lampau Pulau Weh yang menjadi persinggahan kapal dagang Eropa dan benteng pertahanan bagi Jepang sebelum pecah Perang Dunia II.

Selepas Kota Sabang, perjalanan pra-ekspedisi berlanjut ke Provinsi Aceh yang menjadi pintu masuk peradaban Islam melalui Kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1270. Dari balik kaca mobil tampak keindahan pantai barat Aceh yang memanjang berpasir putih menemani perjalanan dari Provinsi Aceh menuju Sumatera Utara. Di balik keindahan itu, sedikit masih tersisa jejak bencana tsunami tahun 2004 yang sulit terhapuskan dari ingatan.

Sementara itu, perjumpaan dengan warga lokal dari setiap kota yang disinggahi memberikan kesan mendalam. Melalui kearifan lokal yang masih bertahan atau kuliner yang sangat menggugah selera menemani penyusuran jejak sejarah sebuah kota.

Melalui catatan sejarah dan cerita tutur turun-temurun menggambarkan sejumlah kota yang disinggahi pernah mencapai masa keemasan dan sangat metropolis pada zamannya. Barus salah satunya. Sebuah kota pelabuhan yang pernah ramai dan mencapai puncaknya sekitar abad VII. 

Perjalanan ekspedisi ditempuh selama tiga pekan sejauh 3.235 kilometer dari Sabang dengan melewati 13 kota/kabupaten yang berakhir di Kota Bandar Lampung. (P Raditya Mahendra Yasa)