Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ingin CPB Mati Suri

Kompas.com - 14/03/2013, 21:03 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang berharap konflik di tambak udang PT Central Pertiwi Bahari (CPB) bisa segera diatasi. Mereka tidak ingin CPB bernasib seperti tambak raksasa PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang kini mati suri.

Untuk itu, Wakil Bupati Tulang Bawang Heri Wardoyo, Kamis (14/3/2013) mengatakan, pihaknya sangat serius untuk berupaya menengahi persoalan itu. "Saya dan pak bupati (Hanan Razak) terus bekerja menyelesaikan ini. Seperti hari ini, kami saling berbagi tugas untuk menangani kasus Bratasena. Pak bupati turun ke lokasi langsung, sementara saya menemui pihak perusahaan (CP Prima) dari Jakarta," ujar dia.

Ia mengatakan, kejadian matinya industri tambak raksasa di PT AWS (Dipasena) yang juga dipicu persoalan konflik inti - plasma tidak boleh lagi terulang di CPB. Menurutnya, konflik berkepanjangan hanya akan merugikan semua pihak terkait, baik petambak, perusahaan, dan negara. Apalagi, jika sampai kegiatan budidaya dan industri udang berhenti.

"Kami (pemkab) pun akan dirugikan. Pengangguran akan meningkat. Bayangkan, satu coldstorage (CPB) saja bisa mempekerjakan 1.000 orang isteri petambak. Belum lagi petambaknya bisa berbudidaya," ujar dia.

Menurutnya, jika industri tambak udang itu hengkang dari Tulang Bawang, ekonomi warga di sekitar tambak udang itu akan terpuruk. "Tidak semua petambak berhasil dalam melakukan tebar mandiri. Pola inti - plasma ini masih yang terbaik," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua DPRD Provinsi Lampung Marwan Cik Asan juga menyayangkan polemik yang terus berlanjut di tambak CPB. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, nyaris tidak ada gejolak di tambak udang yang dimiliki perusahaan penanaman modal asing PT Central Proteinaprima Tbk.

"Semestinya, semua pihak belajar dari pengalaman pahit di Dipasena. Semua pihak rugi. Ribuan orang jadi pengangguran, negara pun kehilangan potensi pemasukan. Cukup sudah itu jadi pengalaman buruk," ujar Marwan seraya menekankan pentingnya komunikasi dan duduk bersama antara para pihak terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com