Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Petambak, CPB Kaji Pengurangan Listrik

Kompas.com - 13/03/2013, 13:27 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - PT Central Pertiwi Bahari mengkaji soal kemungkinan pengurangan pasokan listrik ke areal pertambakan udang yang berlokasi di Kecamatan Dente-Teladas, Tulang Bawang, Lampung, menyusul konflik petambak plasma.

Head of Operation PT CPB Arman Diah dalam siaran persnya, Rabu (13/3/2013) mengatakan, kebijakan ini merupakan buntut tidak beroperasinya lagi ribuan tambak di CPB saat ini. Pihaknya menilai, hal ini terjadi karena ulah organisasi petambak plasma Forum Silaturahmi (Forsil) yang sangat agresif mengusik kenyamanan dan kepastian iklim usaha di CPB.

"Sedangkan, listrik masih terus mengalir ke seluruh area pertambakan di dua kampung, yakni Kampung Bratasena Adiwarna dan Kampung Bratasena Mandiri. Padahal, untuk mengalirkan listrik ke kawasan tambak udang dengan luas sekitar 8.000 hektar itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit," ujar dia.

Dengan sudah tidak ada lagi pasokan udang dari tambak ke perusahaan untuk diproses di unit pengolahan udang menyusul tidak bisa beroperasinya tambak-tambak di CPB, ujar dia, membuat permasalahan kian pelik. "Dari sisi keuangan, kondisi ini memberatkan perusahaan untuk tetap meneruskan aliran listrik di ke wilayah pertambakan secara total," ujar Arman.

Menurut pihaknya, Forsil dengan aksi-aksinya telah memprovokasi petambak plasma untuk melakukan tebar mandiri dengan cara merusak tanggul-tanggul di beberapa modul yang sedang beroperasi. Forsil juga telah menciptakan tidak adanya rasa aman dan kepastian berusaha.

Ketua Forsil Cokro Edi membantah tuduhan ini. Menurutnya, Forsil selama ini berupaya tetap mempertahankan hubungan kemitraan dengan PT CPB selaku pihak inti. Namun, mereka meminta kemitraan itu dilakukan secara lebih adil. Pihaknya melakukan tebar mandiri karena terpaksa menyusul dihentikannya jadwal tebar dan bantuan pinjaman bulanan oleh perusahaan. "Kami sering memberi masukan perbaikan-perbaikan ke perusahaan. Namun mereka justru arogan dan berupaya untuk membubarkan organisasi kami," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com