Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelayaran Feri ke Buru Terhenti

Kompas.com - 13/03/2013, 03:08 WIB

AMBON, KOMPAS - Pelayaran dua kapal motor penyeberangan atau feri dari Ambon ke Pulau Buru, Maluku, terhenti akibat gelombang tinggi yang mencapai 5 meter. Kedua kapal baru akan dioperasikan jika peringatan dini gelombang tinggi sudah dicabut kembali oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Kedua kapal feri itu adalah KMP Inalika dengan tujuan Ambon-Namlea, Buru, dan KMP Kerapu jurusan Ambon-Namrole, Buru Selatan.

Manajer Operasi PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Cabang Ambon Daniel Mainake mengatakan, Selasa (12/3), penghentian pengoperasian kedua kapal feri itu sudah berlaku sejak Senin pekan lalu. Sedianya kedua kapal berangkat Senin malam, tetapi karena ada larangan berlayar dari Administrator Pelabuhan Ambon, kedua kapal batal diberangkatkan.

”Larangan berlayar dikeluarkan karena gelombang tinggi di perairan Maluku. Kami tidak mau memaksakan pelayaran feri karena bisa membahayakan penumpang,” kata Daniel. Pengoperasian kembali kedua feri mengikuti arahan dari Administrator Pelabuhan Ambon.

Kepala Administrator Pelabuhan Kelas I Ambon Ali Ibrahim mengatakan, pengoperasian kembali feri ke Buru menanti prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Jika potensi gelombang tinggi di perairan Maluku tak ada lagi, feri dibolehkan berlayar kembali.

Menurut Ali, mengacu pada prakiraan cuaca BMKG Ambon, peringatan dini gelombang tinggi di perairan Maluku berlaku pada 10-13 Maret.

Dalam peringatan dini itu disebutkan, ombak setinggi hingga 3 meter berpeluang terjadi di perairan sekitar Pulau Ambon. Sementara ombak setinggi hingga 4 meter berpeluang terjadi di Laut Banda, perairan sekitar Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Maluku Barat Daya. Bahkan, ombak setinggi sampai 5 meter berpotensi di Laut Aru dan Arafura.

Namun, larangan berlayar itu tidak berlaku bagi kapal-kapal dengan bobot mati di atas 500 ton, seperti kapal penumpang milik PT Pelni dan kapal tanker. Kapal-kapal berukuran besar tersebut masih bisa berlayar meskipun gelombang laut di perairan Maluku berkisar 2-5 meter.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku Kifli Wakano meminta syahbandar di seluruh pelabuhan di Maluku memperhatikan peringatan dini tersebut.

Sementara itu, cuaca ekstrem di Pantai Sayang Heulang, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, memakan korban. Iki (9), warga Kampung Pabuaran, Desa Mancagahar, Pameungpeuk, tewas setelah terseret ombak. (CHE/APA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com