Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Hama Tikus, 50 Burung Hantu Disebar di Sleman

Kompas.com - 04/03/2013, 16:31 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menghadapi hama tikus yang saat ini merebak, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman mendatangkan burung hantu dari luar daerah.

Ada sekitar 170 hektar lahan padi yang saat ini terserang hama tikus. Kejadian tersebut ditemukan di Kecamatan Minggir, Kecamatan Moyudan, Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sleman Edi Sri Harmanto mengatakan, selain penyemprotan, upaya membasmi hama tikus juga dilakukan dengan mendatangkan hewan predator yakni burung hantu. "Tahun 2006 lalu, kita datangkan dari Kendal. Kemudian belum lama ini dari Demak.Total di Sleman saat ini ada sekitar 50 ekor," kata Edi, Senin (4/3/2013).

Edi menambahkan, 50 ekor burung hantu tersebut tersebar di beberapa kecamatan antara lain di Moyudan dan Seyegan. Pembudidayaanya diserahkan sepenuhnya kepada setiap kelompok tani. "Setiap kelompok tani di kecamatan sudah memiliki kandang, beberapa di antaranya malah sudah memulai membudidayakan hanya saja jumlahnya masih sedikit," sambung Edi.

Diharapkan dengan pembudidayaan salah satu predator tikus itu, maka hama yang sampai saat ini sangat meresahkan petani di Sleman dapat teratasi. "Beberapa petani di kecamatan Minggir, Moyudan, Godean dan Seyegan bahkan harus gagal panen akibat serangan tikus," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu petani di Dusun Barepan Sumberahayu Moyudan Sleman, Untung Suroso menegaskan, daerahnya merupakan endemik tikus. Hama tersebut sudah bertahun-tahun menyerang sekitar 52 hektar lahan. "Rata-rata umur padi yang dimakan berusia 50 hari. Dan petani harus menanam kembali," kata Untung.

Di wilayahnya sekarang jumlah burung hantu, ada sekitar enam ekor dan baru dirintis untuk pembudidayaanya. "Sebagian besar masih liar karena kandang budidaya belum sepenuhnya jadi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com