Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benahi Perizinan dan Pengawasan Tata Ruang

Kompas.com - 22/02/2013, 03:20 WIB

Manado, Kompas - Rangkaian bencana banjir dan longsor, yang merenggut sejumlah korban jiwa di banyak daerah di Tanah Air, terakhir di Sulawesi Utara, menjadi peringatan akan pentingnya pengawasan tata ruang dan wilayah permukiman. Potensi bencana akan semakin tinggi seiring adanya perubahan iklim. Daerah rawan bencana semestinya tidak dijadikan kawasan hunian masyarakat. Warga yang telanjur mendiami daerah itu sebaiknya direlokasi.

Hal itu diutarakan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman, Kamis (21/2), saat meninjau kegiatan tanggap darurat pascabencana banjir dan longsor di Manado, Sulut. Banjir, longsor, dan puting beliung di Sulut selama tahun ini saja telah menewaskan 20 warga.

”Banjir dan longsor terjadi di berbagai wilayah. Inilah dampak cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Kebutuhan manusia terhadap tempat makin luas, tetapi daya tampungnya tak lagi sesuai desain awal. Tata ruang wilayah harus dikaji ulang,” ujar Irman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Hoyke Makarawung mengatakan, banjir dan longsor yang terjadi 17 Februari lalu di Kota Manado, Kabupaten Minahasa, dan Minahasa Utara mengakibatkan 3.832 orang mengungsi. Selain itu, puting beliung terjadi di Kabupaten Sitaro.

Marhany Pua, anggota DPD dari Sulut, meminta pemerintah daerah memperketat izin pendirian perumahan di perbukitan dan lebih mengedepankan aspek lingkungan hidup. Ini agar tidak terjadi lagi musibah longsor di perumahan elite, semacam Citra Land di Minahasa, yang menewaskan enam orang, pekan lalu.

Irman juga meminta warga yang tinggal di daerah rawan bencana, terutama di tepian Sungai Tondano, direlokasi. DPD pun siap memfasilitasi dan mendorong Kementerian Perumahan Rakyat membangun rumah susun untuk relokasi warga itu.

Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengatakan, warga yang tinggal di pinggir Sungai Tondano akan direlokasi. Korban longsor akan direlokasi ke permukiman lain. Sebanyak 640 rumah di Manado rusak akibat banjir dan longsor pada 7 Februari.

Terendam banjir

Di Kalimantan Barat, panenan berbagai jenis komoditas hortikultura di Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, dalam tiga hari terakhir turun dari 1,5 ton per hektar menjadi 1 ton per hektar. Tanaman terendam banjir karena curah hujan yang tinggi dan pasang laut.

Di Sungai Ambawang, sekitar 25 hektar lahan hortikultura terendam banjir. Ketua Gabungan Kelompok Tani Sumber Makmur, Abas, Kamis, menuturkan, tanaman yang terendam air bah menjadi layu. ”Perkiraan kami, curah hujan bulan Februari ini berkurang, tetapi ternyata tetap tinggi. Iklim tidak menentu, menyulitkan petani,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com