Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Jenuh, Waspadai Banjir dan Longsor

Kompas.com - 22/02/2013, 02:47 WIB

Jakarta, Kompas - Meskipun curah hujan menurun, kondisi tanah sudah jenuh air. Masyarakat dan instansi pemerintah terkait kebencanaan diminta mewaspadai ancaman banjir dan longsor.

”Pengukuran curah dan sifat hujan Januari 2013 ternyata jauh di atas curah hujan perkiraan BMKG. Banjir dan longsor juga lebih tinggi dari perkiraan,” ujar Rovicky Dwi Putrohari, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), di Jakarta, Kamis (21/2).

Secara khusus, ia menyarankan agar ada evaluasi ulang terhadap daerah-daerah berpotensi longsor dan banjir. Area rentan yang perlu dipantau di antaranya sekitar gunung api yang sebelumnya aktif menumpuk material. Selain itu, daerah yang sebelumnya tergetarkan gempa dan mengalami keretakan tanah. ”Material ini pasti rawan tererosi dan terangkut menjadi lahar hujan atau longsor,” ujarnya.

Rovicky juga meminta instansi pemerintah terkait kebencanaan, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Geologi, terus meningkatkan kewaspadaan.

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, banjir dan longsor bukan soal teknis saja. ”Ada soal sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan,” katanya.

Pemasangan sistem peringatan dini banjir/longsor juga bermasalah. Sirene peringatan dini longsor di Jawa Tengah justru dianggap mengganggu karena sering berbunyi meski tidak longsor.

”Kabelnya akhirnya dipotong karena meresahkan. Sistem peringatan dini banjir di Bengawan Solo juga banyak rusak karena kurang pemeliharaan dan keterlibatan masyarakat,” katanya.

Waduk tua

Rovicky mengingatkan pentingnya memantau konstruksi tanggul dan bendungan tua. ”Evaluasi singkat banjir Jakarta dan sekitarnya oleh tim ahli IAGI menemukan, tanggul jebol disebabkan minim pengawasan dan perawatan. Demikian pula jebolnya Situ Gintung di Ciputat,” katanya.

Pemerintah juga diminta memantau Waduk Penjalin di Jateng buatan kolonial Belanda tahun 1930. ”Bendung waduk di atas patahan sangat rawan kebocoran. Mungkin saja memicu keruntuhan bendungan,” katanya. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com