Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plasma CPB Terpaksa Makan Singkong dan Talas

Kompas.com - 25/01/2013, 19:41 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- Menyusul dihentikannya pinjaman biaya hidup bulanan dari perusahaan, sejumlah petambak plasma Central Pertiwi Bahari kini terpaksa makan singkong dan talas untuk bertahan hidup.

"Mereka yang masih punya tanaman, ya makan singkong atau sukun. Kami kini tidak punya biaya untuk membeli beras. Semenjak Desember (2012) lalu, bagi yang tidak berbudidaya, perusahaan menghentikan pinjaman biaya hidup dan natura," ujar Ketua Forum Silaturahmi Petambak Plasma (Forsil) CPB Cokro Edy Prayitno di Bandar Lampung, Jumat (25/1/2013).

Solusi lainnya, petambak plasma terpaksa berhutang ke masyarakat sekitar di lokasi tambak CPB di Tulang Bawang. "Jaminannya barang-barang bekas kami yang telah kami kumpulkan. Itu sudah siap dijual, tetapi sempat tidak diperbolehkan perusahaan," ujar dia.

Bibit Saputro, petambak plasma lainnya, bercerita, sebagian petambak kini terpaksa menggelar dapur umum atau masak bersama agar biayanya lebih murah. "Untuk makan, saya pindah-pindah tempat. Kesengsaraan apabila dirasakan bersama bisa dijalankan lebih mudah," tuturnya.

Sebagian petambak lainnya kini mulai nekat melakukan tebar mandiri untuk mengisi kekosongan budidaya udang. Menurut Cokro, sebagian kecil petambak mulai menebar benih ikan nila dan bandeng sekedar untuk kebutuhan pokok.

Para petambak ini pun membuat saluran inlet (masuk) air secara ilegal alias tanpa seizin perusahaan. "Cari ikan di saluran inlet soalnya juga tidak dimungkinkan karena itu dijaga ketat pengamanan perusahaan. Cari ikan di outlet juga tidak bisa karena airnya penuh lumpur," tutur Cokro.

Pihak perusahaan sendiri belum bisa dikonfirmasi mengenai hal ini. Humas PT Central Proteinaprima sempat mengangkat telepon ketika dihubungi di Jakarta. "Wah, saya masih nyetir di tol, mas," ujarnya singkat. Dirinya belum menjawab pesan singkat wartawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com