Mengubah pola pikir guru dan metode pembelajaran menjadi tematik integratif bukan hal mudah dan membutuhkan waktu paling tidak satu tahun.
Hal itu mengemuka dalam rapat kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Komisi X DPR tentang Kurikulum 2013, Kamis (10/1) malam, di Jakarta.
Anggota Komisi X, Zulfadhli, menegaskan, secara umum pihaknya tak menolak upaya ataupun konsep pengembangan kurikulum oleh pemerintah. Namun, ada desakan untuk mengundurkan waktu pelaksanaannya semata-mata karena waktu persiapan yang terlalu sempit, hanya lima bulan.
”Bagaimana kesiapan guru? Mengubah pola pikir dan kebiasaan guru mengajar itu tidak mudah. Banyak yang pesimistis dapat terlaksana dalam waktu singkat,” kata Zulfadhli.
Menanggapi komentar senada yang datang dari mayoritas anggota Komisi X, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh tetap optimistis kurikulum baru akan bisa diberlakukan mulai lima bulan mendatang. Kunci keberhasilan implementasi kurikulum terletak pada ketersediaan buku pegangan guru dan siswa, buku pedoman penilaian, dan kesiapan guru.
”Insya Allah akan bisa karena pelaksanaannya secara bertahap,” kata Nuh.
Anggota Komisi X, Ferdiansyah, mengusulkan paling tidak ada uji coba terlebih dahulu di beberapa sekolah melalui skema percontohan.
Nuh mengatakan, pihaknya telah memiliki perencanaan utuh kurikulum hingga teknis pelaksanaan.
Sebelumnya, Kamis pagi, Komisi X menerima masukan dari para rektor lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) negeri dan swasta serta Persatuan Guru Republik Indonesia.
Para rektor mendesak pemerintah membuat grand design yang jelas agar konsepnya tidak ditangkap secara parsial atau malah disalahartikan.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Sunaryo Kartadinata menekankan, kurikulum baru menuntut kreativitas guru dan proses tersebut tidak mudah. (LUK)