Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duh, Festival Musik Pelajar Diwarnai Tarian Erotis

Kompas.com - 01/12/2012, 05:28 WIB
Kontributor Kompas TV, Abdul Latif Apriaman

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Maksud hati hendak melestarikan musik tradisi di kalangan pelajar, sebuah festival musik tradisi pelajar se-Kota Mataram yang digelar Dikpora Kota Mataram, justru diwarnai dengan tarian berbau erotis yang belum pantas untuk ditonton apalagi dimainkan kalangan pelajar.

Tabuhan gendang dan lengking suara suling yang dimainkan sejumlah pelajar menghentak ruang sanggar tari taman Budaya Mataram Rabu (29/11/2012) siang itu.

Penonton yang didominasai anak-anak pelajar SD dan SMP langsung bergoyang mengikuti irama musik.

Dua orang penyanyi melantunkan lagu "Ale-ale", sebuah lagu berbahasa Sasak yang cukup dikenal luas di Pulau Lombok. Syair lagu tak begitu penting, tapi irama musik yang menghentak dan goyangan dua orang penari mengajak beberapa rekan sesame pelajar lainnya untuk mau ke tengah arena dan ikut bergoyang.

Sayangnya, goyang penyanyi dan penari yang masih di bawah umur ini terjebak mengikuti gaya penari di televisi yang terkesan erotis dan selama ini mengundang pro dan kontra.

Setidaknya ada tiga lagu yang dimainkan kelompok pelajar itu dan ketiga lagu itu selalu dibarengi dengan goyangan yang belum pantas mereka lakukan.

Akan tetapi sejumlah guru dan panitia yang ada di arena itu hanyabisa terdiam. Sebagian tampak tersenyum, sebagian lagi ikut bergoyang dan bertepuk tangan menyemangati.

"Saya sendiri tak bisa menerima tarian yang dilakukan anak-anak itu. Sebenarnya itu di luar festival. Mereka hanya diminta mengisi kekosongan acara sambil menunggu pengumuman juri. Tapi saya kan bukan panitia," kata Andreas Suwandi, salah seorang guru pendamping peserta festival.

Musik "Ale-Ale" yang dimainkan salah satu kelompok pelajar hari itu adalah pengisi waktu lowong saat dewan juri tengah berembuk menentukan para penyaji terbaik.

Acara intinya bertajuk "Festival Musik Cilokak dan Gule Gending, Pelajar SD, SMP, SMA/ SMK se-Kota Mataram". Ada belasan kelompok musik pelajar yang ikut ambil bagian dalam festival itu.

Terkait tarian anak-anak yang erotis di sela festival tersebut, Made Swatika Negara, Kabid PNFI Dikpora Kota Mataram, mengaku kecolongan.

"Itu di luar kontrol saya. Kalau saya lihat, pasti saya minta dihentikan. Tapi, itu di luar agenda acara festival ini. Itu di luar kontrol saya," katanya.

Menurut Swastika, semua itu bisa terjadi karena pengaruh hiburan yang diterima anak-anak melalui televisi.

"Saya benar-benar tidak tahu, tapi itu semua terjadi karena tontonan anak-anak yang selama ini juga tidak terbendung, termasuk tontonan di televisi. Festival ini untuk melahirkan penyaji terbaik di bidang musik tradisi dan ini merupakan program tahunan. Masukan tadi akan menjadi bahan evaluasi kami," katanya.

Abdul Hamid Hamzah, salah seorang seniman musik tradisi Lombok yang juga bertindak sebagai salah seorang dewan juri festival menyatakan bahwa musik Ale-Ale bukanlah music tradisi.

"Musik Ale-ale ini belum ada KTP-nya," kata Hamid. Menurut Hamid kemunculan musik dan tarian Ale-ale dalam festival bagi pelajar itu bukanlah kesalahan para pelajar, melainkan tanggung jawab para guru dan pembina musik di sekolah mereka.

"Kalau saya tidak menyalahkan anak-anak. Anak-anak itu kan hanya menerima, yang punya peran adalah bapak dan ibu guru pembinanya," ujar dia.

Festival Musik Cilokak dan Gule Gending, Pelajar SD, SMP, SMA/ SMK se-Kota Mataram, terbilang kegiatan yang positif untuk menumbuhkan kecintaan kalangan pelajar terhadap seni tradisi di daerah mereka, sayang jika acara itu harus tercemari budaya yang tidak pantas bagi kalangan pelajar.

"Mereka anak-anak didik yang kelak akan menjadi calon insinyur musik, insinyur vokal, insinyur tari. Kalau tidak dari sekarang kita benahi, mungkin kita akan terlambat," kata Abdul Hamid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com