Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Gresik Koordinasi dengan Pertamina dan Petrochina

Kompas.com - 23/11/2012, 14:56 WIB
Adi Sucipto

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com- Bupati Gresik Sambari Halim Radianto menyatakan, Pemerintah Kabupaten Gresik terus berkoordinasi dengan Pertamina dan Petrochina terkait semburan lantung (minyak mentah) dan gas di Metatu, Kecamatan Benjeng. Koordinasi itu untuk menjajaki investasi jika dilakukan pengeboran.

Berdasarkan observasi dari Badan Geologi semburan di Metatu mengandung Methane (CH4) 46 persen, carbondioksida (CO2) 0,8 persen. Kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) dan Karbon Monoksida (CO) nihil.

Hasil uji laboratorium dari Afiliansi dan Konsultasi Industri Teknik Kimia Institut Teknologi 10 Nopember 1945 Surabaya menunjukkan, pusat semburan lantung dan gas di Metatu mengandung beberapa zat kimia.

Kandungan gas Hidrogen Sulfida (H2S) mencapai 30 miligram per liter. Kadar keasaman (pH) 7,5. Kandungan amonia (NH3) 34,16 mg per liter dari normal di tambak 5-20 mg per liter.

Hidrogen (H20) 30 mg per liter. Kadar minyak mencapai 2511 mg per liter. Logam berat Nikel (Ni) dan Katrium tidak ada.

Chemical Oxygen Demand (COD) kebutuhan oksigen secara kimia 22,9 mg per liter dari normal 300-600 mg per liter. Deteksi tingkat kepekatan larutan penyangga Tris Sulfat (TBS) mencapai 24.000 mg per liter dari normalnya 4000 mg per liter.

Staf Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur Kaemun menyatakan, saat ini ada perubahan struktur kandungan semburan. Jika awalnya lebih dominan gas kini lebih dominan minyak.

Indikasinya gumpalan coklat kehitaman lebih banyak yang keluar, bahkan membuat tanah tambak dan sesek (anyaman bambu) berwarna hitam kecoklatan.

Sebelumnya, Field Admin Superintendent Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java Basith Syarwani menyatakan, untuk menentukan eksplorasi/eksploitasi migas tidak semudah yang diperkirakan. Terkait semburan di Metatu, perlu kajian mendalam terhadap kandungan yang ada.

"Biaya pengeboran itu mahal belum termasuk uji seismik. Satu sumur mencapai sekitar Rp 100 miliar. Bila secara teknis tidak feasible (layak) dan secara bisnis tidak profitable (menguntungkan) ya tidak dibor.

"Pengalaman kami mengebor di South Bungoh semula diperkirakan mengandung minyak mentah 600 barel per hari ternyata dalam dua bulan produksi sudah habis. Di Sukomulyo dan Banyutami bahkan nihil," ujar Basith.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com