Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Persen Pelajar di Nunukan Terlibat Pelacuran

Kompas.com - 26/10/2012, 11:10 WIB

NUNUKAN, KOMPAS.com - Pernyataan mengejutkan disampaikan Pengawas Sekolah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur Johansyah, dalam pertemuan dengan unsur muspika, kepala sekolah, pengawas sekolah dan komite sekolah se- Kecamatan Nunukan, Kamis (25/10/2012) kemarin.

Johansyah mengungkapkan, jumlah pelajar putri yang terlibat praktik pelacuran di Nunukan mencapai lebih dari 20 persen. "Saya buka Kompas.com saya pikir di Jakarta, ternyata ini di Nunukan. Ini berita sudah menasional. Dan secara tidak langsung ini promosi juga keluar. Karena ini kan daerah transit," ujar Johansyah.

Namun dalam berita yang dilansir Tribun Kaltim, Jumat  (26/10/2012) ini, Johansyah tak mengungkapkan berapa jumlah pelajar putri di Kabupaten Nunukan. Ia hanya mengatakan, bahwa umumnya para ABG yang terlibat prostitusi itu memiliki nomor seluler dan pin BlackBerry yang telah tersebar ke banyak orang.

"Ini juga tergantung dari pembelinya. Kalau tidak ada yang membeli, tidak laku. Karena ini bukan cerita basi dan cerita bohong," ujar Johansyah lagi.

Misadi dari Divisi Pendidikan dan Penelitian P2TP2A Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah Nunukan dalam kesempatan yang sama mengatakan, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, memang persoalan seks bebas di kalangan pelajar sudah sangat mengkhawatirkan.

"Setiap sosialisasi kita sampaikan ini fenomena gunung es. Kita tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan sektor lain. Kita berharap dukungan dari multisektor," ujar Misadi.

Misadi mengungkapkan, seringkali saat jam istirahat anak-anak sekolah justru mencari makan jauh dari lingkungan sekolahnya. "Ini yang dimanfaatkan tukang bengkel, tukang ojek, buruh, ini riil di lapangan. Pengawasan dan proteksi di rumah ini lemah juga," ujar Misadi.

Pelacuran anak ini juga terjadi karena kebutuhan anak yang tidak terpenuhi. Kebutuhan dimaksud bukan hanya menyangkut materi namun juga terkait kasih sayang. Selain itu, globalisasi teknologi informasi seperti internet, dan smartphone, jika dimanfaatkan anak tanpa proteksi orang tua, justru bisa menjadi sumber informasi negatif bagi anak-anak.

"Kemudian anak ingin BB, lifestyle. Dalam penelitian kami, ada pakaian, kemudian makanan anak-anak. Sekarang jarang makan di rumah, lebih senang makan di kafe. Ini perlu kita cermati," ujar Misadi.

Kemudian, sistem pendidikan turut menjadi penyebab perilaku menyimpang di kalangan pelajar. Banyak pakar pendidikan menilai selama ini pendidikan lebih mengutamakan kognitif dan motorik. "Hanya supaya otaknya pintar. Tetapi tidak menyinggung moral, emosional. Ini menjadi evaluasi kita," ujar Misadi.

Seperti yang diberitakan Kompas.com, perkara pelacuran anak di bawah umur ini mencuat saat seorang pelaku prostusi yang bersekolah di Nunukan mengungkapkan pengalamannya menjadi wanita penghibur. Gadis ini mengaku melakukan praktiknya secara sembunyi-sembunyi, dan uang hasil menjual diri tersebut dipakai untuk hura-hura.

Catatan tambahan: Data bahwa lebih dari 20 persen pelajar Nunukan terlibat pelacuran yang disampaikan dalam artikel tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut sumber pengukurannya oleh narasumber.

***
Ikuti perkembangan berita ini dalam Topik: Praktik PSK ABG di Nunukan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com