Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Norman Lubis Bukan Pilot Pesawat Naas di Bandung Airshow

Kompas.com - 15/10/2012, 16:10 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com Pilot pesawat Bravo AS-202 bernomor LM-2003 yang jatuh saat Bandung Airshow 2012 diduga bukan almarhum Marsma TNI (Purn) dr Norman Tagor Lubis, Sp M(K), melainkan almarhum Toni Hartono. Hal ini diyakini oleh pihak keluarganya setelah mempelajari foto-foto sebelum penerbangan dan cerita sejumlah saksi mata. 

"Berdasarkan keterangan para saksi mata, yaitu para rekan ayah saya dari Pordirga Pesawat Bermotor FASI Provinsi Jabar yang terdiri dari Doddy, serta selaku para teknisi adalah Serma Sunarto sebagai petugas pemadam kebakaran dan Peltu Kusmantoko Hadi sebagai mekanis, ayah saya duduk di seat kanan," kata dr Nindya Zanaria Lubis, putri ke-3 almarhum, dalam siaran pers, Senin (15/10/2012).

Ia menyatakan, pada flight plan dan juga surat izin terbang (SIT), ayahnya memang dicantumkan sebagai pilot-in-command maupun penerbang I. Hal itu karena pada ketentaraan, pangkatnya lebih tinggi daripada almarhum Toni Hartono.

Sebagai catatan penting, di dalam aturan standar internasional, pilot-in-command selalu duduk di sebelah kiri walaupun keduanya dapat disebut captain pilot karena memiliki lisensi terbang.

Penerbangan kedua

Nindya menceritakan kronologi penerbangan yang dilakukan ayahnya. Pada Jumat (28/9/2012), seusai shalat Jumat berjemaah di tempat kerjanya di Bandung Eye Center, bersama dr Budiman dan dr Andika Prahasta, Norman melakukan pembicaraan telepon tentang persiapan pesawat yang akan dipinjam keesokan harinya.

Budiman sempat berkomentar setelah mendengar pembicaraan telepon tersebut, "Terbang lagi, Dok? Kan tadi sudah?" Ayah saya ketika itu menjawab, "Ah tidak, itu Toni mau pinjam pesawat."

Sore harinya sebelum praktik, Norman bersama Almarhum Letkol TNI (Purn) Toni Hartono memang sempat mengisi acara Bandung Airshow menggunakan pesawat Bravo AS-202 bernomor LM-2003. Pesawat itu dihibahkan untuk guna pakai kepada Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) oleh TNI-AU, yang kemudian diurus dan dirawat dengan dana pribadi Norman sejak tahun 2008.

Pada Sabtu (29/9/2012), berdasarkan keterangan dari Captain Doddy Atmadja, untuk mengisi acara Bandung Airshow, FASI Flight terdiri dari 2 pesawat, yaitu Bravo LM-2003 dan Gelatik IN-033 yang dikemudikan oleh Doddy. Kegiatan FASI Motor itu dijadwalkan take-off pada pukul 11.20 dengan ketentuan radius 5 Nm No Vertical dengan LO Ltt Sus Satrio U.

Doddy, yang dijadwalkan terbang dengan Gelatik selama 5 menit sementara Bravo dijadwalkan terbang selama 10 menit, sempat berkomunikasi dengan Alm Toni Hartono selaku pilot-in-command Bravo. Begitu pula dengan keterangan dari ketiga petugas menara Lanud Husein Sastranegara yang sedang bertugas saat itu, yaitu Bashori, Suhardi, dan Suharyanto yang selalu berkomunikasi dengan Alm Toni Hartono selaku pilot-in-command.

Namun naas, pesawat tersebut kemudian jatuh. Kedua awaknya pun meninggal dunia.

"Kami selaku pihak keluarga dan kerabat telah mengikhlaskan kepergian beliau. Tanpa bermaksud untuk mengungkapkan apa yang telah lalu dan diikhlaskan, press release ini dibuat untuk memberikan keterangan yang benar dan kami yakini benar agar tidak terjadi kesimpangsiuran berita dan adanya berita yang tidak sesuai dengan kebenaran berdasarkan fakta yang ada," ungkap Nindya.

Alm Marsma TNI (Purn) dr Norman Tagor Lubis, Sp M(K), bergabung dengan Ikatan Dinas TNI-AU pada tahun 1968 setelah menyelesaikan pendidikan S-1 Kedokteran Unpad. Setelah menjadi dokter, pada tahun 1977, ia menerima lisensi penerbang kelas III TNI-AU untuk light aircraft. Pada tahun 1980, Norman memperoleh private pilot license (PPL) dari Aero Club Aviantara. Kemudian Aero Club Aviantara bergabung di bawah naungan FASI. Ia adalah pembina Pordirga Pesawat Bermotor FASI Provinsi Jawa Barat, dan dapat dikatakan adalah juga penyandang dana.

"Rating yang dimiliki oleh ayah saya mencakup pesawat Bravo, P2L 104 G Gelatik, Piper L 46, Cessna 150, dan Cessna 180. Ayah saya telah terbang selama puluhan tahun dengan jam terbang lebih kurang 5.000 jam. Ayah saya tidak memiliki izin terbang aerobatic," urainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com