Manado, Kompas -
Farid Ruskanda, petugas pengamat Gunung Lokon dan Mahawu menyebutkan, letusan pada hari Minggu terjadi pukul 14.05 dan 14.19 dengan lontaran debu dan batu cukup banyak. Awalnya Lokon meletus pada Jumat malam sekitar pukul 22.00 dengan lontaran debu hingga ke Manado. Beberapa pengendara sepeda motor di Manado sempat berhenti menghindari debu itu.
”Debu di jalan cukup banyak,” kata James Koleangan, warga Sario Kotabaru, Manado. Hari Sabtu, ujar Farid, Gunung Lokon juga sempat bererupsi dengan intensitas kecil.
Meski Lokon dalam status Siaga, Pemerintah Kota Tomohon belum merekomendasikan warganya untuk mengungsi. ”Kami minta masyarakat berjaga-jaga. Kami juga siap mengungsikan warga,” kata Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli.
Minggu, debu Gunung Lokon turun ke wilayah timur Kota Tomohon, yakni kawasan Tinoor dan Kinilow yang berjarak sekitar 4 kilometer (km) dari puncak kawah Tompaluan. Tinggi letusan Lokon tidak bisa dipantau karena cuaca saat itu mendung disertai hujan lebat.
Hujan yang turun bersamaan dengan letusan Lokon menjadikan wilayah Tinoor dan Kinilow berlumpur. ”Lumpur Lokon terlihat di pekarangan rumah penduduk dan poros jalan Tomohon-Manado,” katanya.
Farid menambahkan, dalam tiga bulan terakhir Gunung Lokon telah meletus hampir 100 kali dengan pola letusan tak teratur. Dengan letusan sebanyak itu, Lokon tercatat sebagai gunung api teraktif di dunia.