Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Pukul Siswa Dinilai Wajar demi Pembinaan

Kompas.com - 18/09/2012, 21:03 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — AK, guru laki-laki yang dituding memukul DA (18), seorang siswi sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, membantah telah melakukan penganiayaan.

Menurut dia, pemukulan itu diakukan sebagai salah satu bentuk pembinaan yang baik di sekolah, bukan pemukulan yang sifatnya mematikan. Pemukulan itu, menurut AK, karena DA sudah dua kali melakukan kesalahan yang sama, yakni ke sekolah tidak memakai seragam. Sebagai pembina OSIS, AK pun langsung memberikan sanksi untuk DA.

"Hari Jumat, 14 Agustus 2012, kita sudah menegur DA agar ke sekolah harus memakai seragam lengkap karena saat ini dia datang pakai jaket. Teguran itu rupanya tidak diikuti oleh DA. Buktinya DA tetap saja datang tanpa pakaian seragam sehingga kita pun bina dia, tetapi tidak dengan emosi seperti yang diberitakan sebelumnya," tandas AK.

"Di sekolah kami, bentuk pembinaan kalau hanya omong saja terhadap siswa kayaknya berat dan sulit untuk diikuti sehingga kita lakukan pembinaan yang kadang-kadang pakai pukul. Tetapi, itu sifatnya hanya pembinaan yang tentunya tujuan utama untuk mendidik," kata AK, melalui telepon selulernya, Selasa (18/9/2012).

Lanjut AK pada hari Sabtu, 25 Agustus 2012 saat kejadian itu, DA melapor ke orangtuanya sehingga kedua orangtuanya pun datang dan langsung dijelaskan oleh pihak sekolah  kalau DA dipukul lantaran tidak memakai seragam sekolah. Padahal, pihak sekolah mewajibkan semua siswa untuk memakai seragam. Karena diketahui kalau kesalahan itu telah dilakukan oleh anaknya, akhirnya antara orangtua DA dan pihak sekolah terutama AK telah berdamai secara baik.

AK pun meminta kepada wartawan agar persoalan ini jangan ditulis secara sepihak, meskipun dia akui kalau sempat dihubungi melalui telepon dan SMS oleh wartawan. Namun, saat itu dia mengaku tak memegang handphone.

"Memang kemarin saat wartawan menelepon, HP-nya saya tidak pegang dan mau balas pesan singkat juga tidak ada pulsa," jelas AK.

Sementara itu, Sekretaris Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten TTU yang juga membidangi urusan pendidikan, Johny Salem ST, mengatakan, DPRD akan berupaya memfasilitasi kasus ini agar tidak terulang lagi pada waktu mendatang.

"Kita sangat sesalkan pemukulan guru terhadap muridnya itu karena pengertian guru seturut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan demikian, guru harus menunjukkan diri sebagai panutan yang baik bagi peserta didik dengan cara mengajar hal yang baik, bukan malah mendidik dengan cara memukul. Karena itu, sebagai wakil rakyat, kita sangat sesalkan sikap pembinaan dengan cara memukul," jelas Johny.

Diberitakan sebelumnya, DA (18), siswi SMK di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, dipukul oleh AK, seorang guru di sekolahnya. Akibat pemukulan itu, DA merasa tengkuknya sakit dan kepalanya pusing-pusing.

Kepada Kompas.com, Sabtu (15/9/2012), DA menuturkan, peristiwa itu bermula saat pagi itu hendak berangkat ke sekolah badannya kurang enak. Ia kemudian memakai jaket. Tiba di sekolah, ia lalu membersihkan sampah di depan halaman sekolah bersama teman-temannya. Lalu, salah seorang guru perempuan, ML, memanggilnya dan menanyakan kenapa ia memakai jaket? Karena tak menjawab, datanglah AK yang menurutnya langsung menampar pipinya dua kali dan meninju ke arah lengan.

AK, menurut DA, juga melayangkan sebuah tinju yang keras tepat di tengkuknya hingga matanya jadi gelap dan tengkuknya sakit tak tertahankan. Bahkan, akibat pemukulan itu, DA nyaris pingsan.

"Setelah saya dipukul, mata saya langsung jadi berkunang-kunang dan bagian tengkuk sakit sekali. Setelah dipukul, kemudian saya disuruh berlutut dan jaket dibuka, lalu Ibu Melan memegang perut saya seolah-olah saya sedang hamil. Karena telah memukul dan menuduh saya telah hamil maka saya pun melaporkan ke orang tua saya," jelas DA.

Mendapat laporan anaknya, kedua orangtua DA kemudian mendatangi sekolah dan menanyakan kepada guru alasan anaknya dianiaya seperti itu. Pihak sekolah mengatakan peristiwa itu terjadi karena DA memakai jaket dan kaus oblong ke sekolah.

Saat itu Kompas.com berusaha menghubungi AK, tetapi tak mendapat respons. Pesan singkat yang dikirim tidak dibalas. Telepon selulernya juga tidak diangkat. Kompas.com berusaha menelepon lagi, tetapi pesan telepon seluler itu menyatakan berada di luar jangkauan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com