Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PIBI FM, Radio Komunitas untuk Pelestarian Lingkungan

Kompas.com - 17/09/2012, 09:40 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Sekelompok anak muda yang terpanggil untuk melestarikan lingkungan serta memanfaatkan sumber daya alam mendirikan radio komunitas. "Kami ingin melalui radio ini, warga desa bisa sadar bahwa lingkungan yang mereka tinggali perlu dijaga kelestariannya," ujar Dikson Najoan yang dipercaya menjadi Ketua Badan Pengelola Penyiaran Komunitas.

Radio Komunitas itu mereka namakan PIBI FM yang terinspirasi dari Api Biru yang dihasilkan dari pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas. Adalah Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) Sulut yang menginisiasi pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas.

Kecamatan Kawangkoan di Kabupaten Minahasa memang merupakan salah satu penghasil sapi utama di Sulawesi Utara. WCS Sulut lalu menjadikan Desa Tondegesan II sebagai salah satu site percontohan produksi biogas dari kotoran sapi.

"Kami tergerak untuk mencoba memanfaatkan kotoran sapi yang dianggap sebagai sampah untuk membantu mencarikan alternatif energi bagi warga desa," ujar Edyson Maneasa dari WCS-IP Sulut saat memberi penjelasan ketika mendampingi Tim Satker PMD Kementerian Dalam Negeri RI melakukan monitoring dan evaluasi program PNPM-LMP, minggu lalu.

Program Biogas tersebut dibiayai oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) yang memberikan dana stimulus bagi warga desa. Melalui usaha dan pendekatan yang intens dari WCS-IP Sulut, kini beberapa rumah tangga di Desa Tondegesan II telah memanfaatkan biogas yang diproduksi dari kotoran sapi untuk keperluan memasak.

Bertekad mempertahankan usaha pemanfaatan sumber daya alam terbarukan tersebut, Dikson dan beberapa pemuda desa lainnya tergerak untuk terus mengampanyekan penggunaan sumber daya alam terbarukan dalam kehidupan sehari-hari. "Tentunya kami juga harus memberi edukasi warga desa, agar bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut," ujar Alfons dari Celebes Biodiversity (Celebio) yang merupakan mitra WCS-IP dan PNPM-LMP dalam mendampingi kru PIBI FM.

"PIBI itu merupakan singkatan yang kami ambil dari Api Biru, yang merupakan wujud nyata dari biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi tersebut. Radio ini terinspirasi dari api biru tersebut," ujar Steven Goni salah satu Tim Kreatif PIBI FM yang mengudara dari pukul 6 pagi hingga pukul 22.30 malam.

Selain memonitoring program PNPM-LMP yang sudah ada, PIBI FM juga menyiarkan informasi seputar aktivitas warga desa seperti pertanian, kegiatan religi, kegiatan sosial, yang mereka kemas dalam program acara SIKAT (Seputar Informasi Kampung Tondegesan).

Mengambil ruang studio berukuran 2,5 x 3 meter, PIBI FM memanfaatkan peralatan sederhana yang ada. Tiang antena pemancar pun masih terbuat dari bambu. Namun semangat dalam keterbatasan itulah yang memotivasi pemuda-pemuda desa ini menjaga lingkungan mereka.

"Penyiar kami semua tidak dibayar, mereka dengan sukarela bekerja. Biaya operasionalpun untuk sementara kami tanggung sendiri, rembukan dari kru yang ada. Termasuk ruang studio yang masih dipinjamkan, begitu pula dengan biaya listrik, masih ditanggung oleh salah satu kru," ujar Dikson dengan penuh semangat.

WCS-IP dan celebio sebagai pendamping PIBI FM telah beberapa kali memberikan pelatihan pengelolaan radio komunitas kepada crew PIBI FM. "Kami berikan pelatihan itu agar kegiatannya tidak berbenturan dengan regulasi yang ada. Dan juga agar tujuan dari pendirian radio komunitas ini tetap sejalan dengan kampanye penyadartahuan lingkungan," jelas Agus Wijayanto dari WCS-IP.

Walau dengan keterbatasan peralatan dan dana namun PIBI FM dikelola dengan sangat baik. Pengelolaan radio ini dibawah Badan Pengelola Penyiaran yang sehari-hari bertanggungjawab terhadap aktivitas penyiaran. Disamping itu ada Dewan Penyiaran yang terdiri dari unsur-unsur masayarakat desa. "Yang duduk di dewan penyiaran antara lain Ketua BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda," jelas Steven.

Dengan adanya Dewan Penyiaran membuat program-program PIBI FM bisa terkontrol sesuai dengan kebutuhan warga desa. "Ke depan kami berharap apa yang sudah kami lakukan dengan radio komunitas ini bisa mendapat perhatian lebih dari pihak yang berkompoten, agar pewartaan terhadap kelestarian lingkungan terus berlanjut. Kami masih butuh dukungan donatur untuk memperbaiki peralatan studio kami dan tiang antena, agar jangkuan PIBi FM bisa lebih luas," harap Dikson. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com