Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Hubungan Vulkanik dan Tektonik

Kompas.com - 17/09/2012, 02:32 WIB

Jakarta, Kompas - Gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Gamalama di Maluku Utara meletus pada Sabtu (15/9) dan Minggu. Letusan dua gunung di kawasan timur Indonesia ini terjadi dua minggu setelah gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang Filipina.

Diduga kuat peningkatan aktivitas vulkanik tersebut terpengaruh aktivitas kegempaan di Filipina.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, letusan Gunung Lokon, Sabtu pukul 18.53 Wita, menimbulkan asap setinggi 1.500 meter dari Kawah Tompaluan. Adapun letusan Gunung Gamalama, Sabtu pukul 20.27 WIT dan Minggu pukul 14.15 WIT, menyemburkan asap hingga 1.000 meter, menyebabkan hujan abu di Ternate.

Menurut data PVMBG, kedua gunung kerap meletus. Gunung Lokon setinggi 1.580 meter dan berjarak sekitar 5 kilometer dari Tomohon atau 40 kilometer dari Manado, 1 Mei 2012, juga meletus dan menyemburkan asap setinggi 2.500 meter.

Sebelumnya, Gunung Gamalama meletus pada 5 Desember 2011. Letusan itu masih menimbulkan ancaman banjir lahar hujan pada penduduk Ternate hingga saat ini. Pada bulan Juli 2012, belasan orang tewas akibat banjir lahar hujan Gamalama.

Terkait gempa

Surono mengatakan, meletusnya Gunung Lokon dan Gamalama tidak bisa dihindarkan dari aktivitas tektonik di lempeng mikro Filipina, juga Lempeng Pasifik. ”Gempa 7,6 skala Richter pada 31 Agustus 2012 yang terjadi di Filipina termasuk besar, pantas dicurigai berperan penting dalam peningkatan aktivitas Gamalama dan Lokon,” kata Surono. ”Secara empiris telah terbukti terjadi letusan di dua gunung ini.”

Berdasarkan catatan dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia (2011), aktivitas Gamalama pada masa lalu juga terkait dengan kegempaan. Pada 7 September 1775, Gamalama pernah meletus hebat setelah terjadi gempa bumi tektonik beruntun dua hari sebelumnya. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya danau kawah Tolire Jaha dan memusnahkan Desa Soela Takomi yang terletak 1,5 kilometer dari Kelurahan Takoma, Ternate. Sebanyak 141 warga Desa Soela Takonomi hilang bersama tenggelamnya desa mereka.

Peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, menjelaskan, gempa bumi akan melepaskan tegangan yang bersifat dinamis dan statis. Tegangan dinamis dilepaskan lewat gelombang gempa dan respons waktu tegangan statis bisa sangat panjang. ”Kami menduga Gunung Gamalama sangat sensitif terhadap perubahan tegangan akibat gempa tektonik,” kata Irwan.

Dia menyebutkan, tidak semua gunung api memiliki respons tinggi terhadap gempa tektonik. ”Ini tergantung pada lokasi dan orientasi sumber gempa terhadap gunung api. Selain itu sangat dipengaruhi kondisi gunung api itu sendiri. Gunung api yang dapur magmanya dalam dan tingkat aktivitasnya rendah mungkin tidak akan terpengaruh,” tuturnya.

Selain di Lokon dan Gamalama, menurut Irwan, gunung api di Indonesia yang kerap terpengaruh aktivitas gempa tektonik adalah Anak Krakatau di Selat Sunda, Gunung Talang di Sumatera Barat, dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.

Irwan menambahkan, hubungan gerakan tektonik terhadap peningkatan vulkanik tidak berlangsung searah. Sebaliknya, aktivitas vulkanik yang besar bisa memicu terbentuknya patahan, misalnya terbentuk Sesar Lembang di Jawa Barat akibat letusan Gunung Sunda purba. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com