Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademi Komunitas Didirikan

Kompas.com - 10/09/2012, 02:20 WIB

Pacitan, Kompas - Akademi komunitas pertama yang dikelola pemerintah mulai dibangun di Pacitan, Jawa Timur. Pembangunan kompleks pendidikan jenjang D-1 dan D-2 dengan total anggaran Rp 47 miliar itu dirancang sebagai SMK model atau rujukan SMKN 2 Pacitan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengemukakan, keberadaan akademi komunitas (AK) dapat menekan biaya pendidikan tinggi. Sebab, peserta didik tidak harus pergi terlalu jauh untuk kuliah.

”Jika di setiap kabupaten/kota minimal ada satu AK, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi dan keterampilan tenaga kerja terdidik bisa meningkat,” kata Nuh seusai meletakkan batu pertama pembangunan AK Pacitan, Minggu (9/9).

Akademi komunitas yang lokasinya berdampingan dengan SMKN 2 Pacitan itu akan membuka program studi perhotelan, multimedia, otomotif, dan agroindustri. Harapannya, akademi tersebut menghasilkan lulusan yang mampu mengelola potensi sumber daya alam setempat.

Setelah lulus, siswa dapat melanjutkan ke politeknik. ”Jika model ini sukses, bisa ditiru di daerah lain,” kata Nuh.

Latar belakang pemilihan lokasi AK didasarkan pada kriteria tertentu, seperti daerah yang selama ini menjadi pemasok TKI dan daerah dengan sumber daya alam melimpah tetapi belum termanfaatkan dengan baik. ”Kami harap struktur angkatan kerja berubah menjadi di kelompok menengah sejalan pelaksanaan pendidikan menengah umum,” lanjutnya.

Pengembangan SMK

Menurut Direktur SMK Kemdikbud Anang Tjahjono, AK merupakan pengembangan dari kebijakan SMK 3+1 yang diterapkan sebelumnya. Dengan AK, otomatis SMK 3+1 ditiadakan.

”Kalau SMK 3+1, lulusannya tetap dari jenjang pendidikan menengah. Kalau AK, sudah di pendidikan tinggi,” kata Anang yang ikut menghadiri peletakan batu pertama AK itu.

Bupati Pacitan Indartato berharap keberadaan AK nantinya dapat turut mengembangkan potensi lokal, seperti hasil laut lobster dan tuna serta pariwisata pantai. Saat ini, potensi hasil laut belum tergarap. Produksi tuna setiap tahun kira-kira baru 5.000 ton dan lobster 40 ton.

”Pengolahan potensi hasil mengkudu kami juga belum tergarap. Selama ini dijual ke kota lain, seperti Solo. Di sana justru diolah jadi produk yang bernilai lebih. Harapan kami pada AK besar,” ujar Indartato. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com