Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaligrafi, Seni Berdakwah dengan Pena

Kompas.com - 10/08/2012, 15:32 WIB

Oleh Herlambang Jaluardi

Asmadi (26), pemuda asal Muaro Bungo, Jambi, baru saja menyelesaikan shalat ashar di kamar berukuran sekitar 16 meter persegi di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka, Sukabumi, Jawa Barat. Sore itu langit sedang cerah. Angin berembus sepoi-sepoi dan sejuk. Kondisi yang sangat nyaman untuk melukis sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Dia mengemasi alat-alat lukisnya, kuas dan sekotak cat air dalam tabung beraneka warna. Asmadi tak hendak mengabaikan hawa sejuk dengan hanya tidur-tiduran di kamar. Dia bertekad merampungkan lukisan kaligrafi pada kanvas sekitar 1,5 meter x 1 meter. Lukisan belum berjudul itu sudah bergambar pemandangan: langit biru, bukit kecoklatan, dan tetumbuhan hijau. Dia berniat menambahkan lafad (tulisan) ”Allah” di sudut lukisannya.

Di tepi tebing, Asmadi memasang peyangga kanvas. Dengan pemandangan sawah dan sinar matahari yang mulai condong ke barat, dia mulai asyik melukis. Hampir setiap sore, Asmadi melukis di tempat itu. Tak jarang, ia sampai turun ke pinggir sawah untuk melatih kemampuan menulis kaligrafi dan melukis.

”Suasananya tenang, enak sekali untuk melukis,” ujar Asmadi yang rela tidak menamatkan pendidikan formalnya di sebuah madrasah aliyah di Muaro Bungo. Bersama 83 santri lain, Asmadi belajar kaligrafi sejak Agustus 2011 di pesantren yang terletak di Jalan Kramat, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, itu.

Tak jauh dari tempat Asmadi melukis, beberapa santri lain berlatih menulis kaligrafi di bawah naungan saung. Di dalam saung itu, suasananya tak kalah nyaman. Satu-satunya sisi yang berdinding penuh dengan seni grafis kaligrafi aneka warna. Meriah, tetapi tidak meletihkan mata. Para santri itulah yang menghias dinding tersebut.

Seni kaligrafi lewat media lukisan di atas kanvas adalah salah satu yang diajarkan di pesantren yang didirikan oleh seniman kaligrafi Didin Sirojuddin pada 1998. Melalui pendidikan selama satu tahun, santri diajar juga menggoreskan kaligrafi di media kertas, kaca, kayu, dan logam.

Membagi ilmu

”Seni kaligrafi tidak bisa dilepaskan dari berdakwah. Kami di sini berdakwah melalui goresan pena,” kata Ohan Jauharudin, Kepala Bidang Administrasi dan Kepengurusan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Oleh karena itu, para santri tidak hanya diajarkan meniru huruf Al Quran dan menghiasnya, tetapi juga bagaimana membagi ilmu yang mereka peroleh di pesantren kepada masyarakat luas.

”Salah satu materi pelajarannya adalah pengembangan sanggar. Kami memang mengharapkan para santri yang selesai mengikuti diklat bisa mengembangkan sanggar di daerahnya masing-masing,” lanjut Ohan.

Santri yang belajar di pesantren itu memang berasal dari sejumlah provinsi di Indonesia, bahkan pernah menerima siswi dari Malaysia dan Jepang.

Untuk mengasah kemampuan berbagi ilmu itu, banyak santri yang sudah selesai menjalani pendidikan selama satu tahun memilih bertahan di pesantren itu. Mereka memang ”kehilangan” hak untuk menempati asrama sehingga harus indekos. Namun, mereka bisa membantu jadi pengajar bagi santri angkatan berikutnya.

”Separuh dari setiap angkatan pasti ada yang enggak mau pulang. Soalnya, menurut saya, belajar di sini enak, hawanya sejuk. Kami (para santri) jadi lebih berkonsentrasi,” kata Herman Pelani (22), santri asal Kabupaten Siak, Riau.

Herman sudah menyelesaikan pendidikan pada dua tahun lalu. Namun, dia merasa, kemampuannya masih belum bagus. Sembari mendalami kaligrafi di pesantren, dia kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam, Sukabumi.

Salah seorang santri termuda, Ihsan Nurhakim (17), juga memilih tetap tinggal di sekitar pesantren setelah pendidikannya selesai. Ihsan datang ke pesantren itu setelah menyelesaikan pendidikan di madrasah tsanawiyah di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Seusai menjalani pendidikan selama satu tahun di pesantren, Ihsan melanjutkan pendidikan formalnya di SMA yang tak jauh dari pesantren itu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com