Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi Kayen Sumbang Teknologi Arsitektur Bata

Kompas.com - 20/07/2012, 11:11 WIB
Alb. Hendriyo Widi Ismanto

Penulis

PATI, KOMPAS.com — Temuan kaki candi Hindu abad IX dan X di Dukuh Buloh, Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyumbang ilmu arsitektur tentang bangunan bata kuno. Temuan itu sekaligus menambah referensi tentang sejarah penyebaran agama Hindu kuno di kawasan pesisir pantai utara.

Ketua Tim Penelitian Candi Kayen Balai Arkeologi Yogyakarta TM Rita Istari menyatakan hal itu di Pati, Jumat (20/7/2012). Bersama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, tim meneliti dan mengekskavasi temuan itu pada 14-22 Juli. Sebagian kaki candi itu ditemukan pada 1979 oleh penduduk setempat. Baru pada 2011, Balai Arkeologi Yogyakarta mulai meneliti dan mengeksvakasi. Di lokasi itu pula ditemukan arca Siwa Mahakala dari batu putih, kemuncak candi, darpana atau bingkai cermin dari perunggu, dan antefiks atau hiasan candi.

Rita mengatakan, berdasarkan temuan kaki candi, candi dibuat dengan cara menyusun batu bata. Dua teknik menyusun yang dipakai adalah teknik "gosod" dan "takik". Teknik "gosod" merupakan cara menempelkan bata dengan menggesek-gesekkan dua batu bata setengah basah. Batu bata itu akan mengeluarkan lumpur bata yang setelah kering bisa merekat.

"Adapun teknik 'takik' merupakan cara menyambung atau memasang dua sisi bata mirip puzzle. Di satu sisi ada bagian yang menonjol dan di sisi lain ada bagian untuk memasukkan sisi yang menonjol itu," kata Rita.

Menurut Rita, batu bata yang digunakan cukup besar, yaitu panjang 39 sentimeter, lebar 25 sentimeter, dan tebal 10-11 sentimeter. Melihat bentuk bata yang simetris, kemungkinan batu bata itu dicetak menggunakan cetakan kayu.

Bangunan candi batu bata itu juga memperkaya sejarah penyebaran agama Hindu di pesisir Jawa Tengah. Selama ini, mayoritas candi Hindu terdapat di dataran tinggi karena Hinduisme menghormati gunung. "Kami juga memperkirakan lokasi temuan itu adalah desa Hindu kuno. Istilah-istilah kuno masih dikenal masyarakat setempat, seperti toyaning atau sumber air, batanan atau kawasan candi bata, dan momahan atau pasar. Namun, hal itu masih perlu dibuktikan dengan penelitian lanjutan," kata Rita.

Warga setempat sekaligus penemu candi, Nur Rochmat (37), berharap Pemerintah Kabupaten Pati mengembangkan lokasi itu sebagai tujuan wisata. Warga telah meminta agar temuan kaki atau dasar candi itu dibuka, tidak ditutup tanah lagi. "Pembukaan lokasi candi sebagai tempat wisata dapat menambah pemasukan masyarakat sekitar dengan membuka warung-warung," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com