Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolaka, Kota Adipura yang Jadi "Lumbung" Sampah

Kompas.com - 20/07/2012, 09:12 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA, KOMPAS.com - Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara merupakan kota peraih Adipura selama tujuh kali berturut-turut. Namun hal ini ternyata bukanlah jaminan bumi Mekongga terlepas dari masalah kebersihan. Buktinya, sampah menumpuk di berbagai sudut kota seperti tak terurus. Kolaka seperti kota lumbung sampah.

Warga mengeluh. Pasalnya,  retribusi kebersihan sebesar Rp 10.000 perbulan rutin dibayarkan oleh warga kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang menangani masalah kebersihan.

Yamin, seorang warga Kelurahan Watuliadu kepada Kompas.com mengungkapkan kekesalannya. "Kita protes sama pemerintah kalau pengelolaan sampahnya seperti ini. Bayangkan saja kalau sampah menumpuk begitu banyak tidak diangkat sampai satu bulan. Kalau saya perhatikan, nanati ada penilaian Adipura baru dibersihkan total, tapi setelah itu sampah kembali dibiarkan menumpuk" kata dia, Jumat (20/07/2012). 

Keluhan serupa juga disampaikan Hasmudin, warga Kolakaasi. Ia mengancam, kalau penanganan sampah masih amburadul seperti ini dirinya akan melakukan protes dengan membawa sampah ke kantor kebersihan. "Saya akan angkut sendiri lalu membuangnya di kantor kebersihan. Rugi kalau retribusi kita bayarkan terus tapi masih terjadi seperti ini. Katanya Kota Adipura, tapi sampah di mana-mana," ungkapnya.

Kepala Bidang Kebersihan BLH Kabupaten Kolaka, Nursalin, menjelaskan, sampah di Kolaka terlalu banyak, tidak sebanding dengan petugas yang ada. "Yang paling banyak itu sampah rumah tangga yang tidak sebanding dengan jumlah armada kebersihan. BLH sendiri tidak pernah membiarkan tumpukan sampah itu sampai satu bulan" tegasnya.

Dia juga menambahkan, armada kenersihan saat ini yang dimiliki sudah masuk usia uzur. "Memang kita akui kalau armada kami itu kurang dan sudah tua, tapi kita sudah berbuat semaksimal mungkin untuk menangani masalah ini. Jadi masyarakat harus memaklumi masalah itu," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com