BOYOLALI, KOMPAS -
Berdasarkan pantauan di Pos Pengamatan Gunung Merapi wilayah Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tidak ada lagi debu yang membubung tinggi seperti sehari sebelumnya. Minggu sekitar pukul 18.10, terdengar suara gemeletak dari puncak gunung sebanyak dua kali. Setelah itu muncul kepulan debu yang membubung tinggi.
”Kami melihatnya seperti asap, warnanya hitam. Warga sempat panik, tetapi saat itu saja. Setelah tidak ada lagi suara, semua kembali tenang,” kata Tumar, Kepala Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Tumar mengatakan, warga setempat masih trauma dengan bencana erupsi Merapi pada akhir 2010 lalu. Karena itu, ketika terdengar suara keras dan muncul semacam asap dari puncak Merapi, ingatan warga langsung menuju erupsi tahun 2010.
Meski demikian, Camat Selo, Subiso mengungkapkan, aktivitas warga kini kembali normal dan tak ada ketakutan. Jalur pendakian juga tidak ditutup. Tidak ada peringatan untuk warga karena tidak ada pernyataan resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Tri Mujiyanto, mengungkapkan, saat guguran material berjatuhan, Merapi tertutup kabut sehingga tidak terlihat jelas. Namun, ketinggian kepulan debu mencapai 1.000 meter. Dua jam kemudian, tercium bau belerang.
Berdasarkan data seismik, material yang gugur berupa batu-batu besar dan pasir. Itu sebabnya terdengar suara gemeletak. Material itu kemudian jatuh ke aliran Sungai Senowo yang menuju arah Magelang.