Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Keadilan Lumpur Lapindo Cari Tukang Pijat

Kompas.com - 21/06/2012, 11:50 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Hari Suwandi (44), warga Kedungbendo RT 8 RW 8, Kelurahan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, korban lumpur lapindo yang mencari keadilan dengan berjalan kaki dari Porong menuju Jakarta sudah memasuki Kota Semarang, Kamis (21/6/2012).

Di hari ke 7 sejak keberangkatannya dari Porong pada 14 Juni lalu, Hari memasuki Kota Semarang. Sebelumnya ia sempat bermalam di Kabupaten Demak. Berhenti sejenak di kawasan Kaligawe Semarang, ia pun mencari tukang pijat dari warga sekitar, agar ia kembali kuat untuk kembali berjalan. Rute ratusan kilometer dengan berjalan kaki tentu membuatnya pegal dan kelelahan.

Hal ini sering dilakukan ketika ia merasa kelelahan. Bapak tiga anak yang sudah berniat untuk berjuang dengan berjalan kaki menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku tidak banyak menemui kendala dalam perjalanannya. Panas dan hujan tidak lagi dihiraukan. "Banyak orang yang membantu, ya memberi uang, makanan untuk bekal dan memberi semangat. Saya optimis bisa menemui pak SBY untuk meminta keadilan," tandasnya.

Bermodalkan beberapa potong baju dan 100 keping compact disk (CD) tentang kisah nyata lumpur lapindo yang dijual pada orang-orang yang dijumpai, Hari berjalan menyusuri setiap kota yang dilewati. Jika merasa lelah, ia beristirahat sejenak dan biasanya bermalam di masjid, untuk kemudian melanjutkan perjalanan di pagi hari.

Tiba di Semarang, ia mengaku sudah berganti sandal jepit sebanyak tiga kali. Sandal yang dipakainya sudah menipis karena aspal yang panas. "Saya bawa empat sandal jepit, nanti kalau kurang ya beli lagi, saya bersyukur banyak yang simpati dan membantu," ujar suami dari Sribati ini.

Usaha Hari mencari keadilan dengan berjalan kaki, didukung penuh oleh keluarga dan satu temannya bernama Harto Wiyono yang menemani perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Ia mengaku, sudah tidak takut menghadapi apapun di jalanan demi mendapatkan keadilan, hingga seluruh korban semburan lumpur lapindo menerima ganti rugi.

Hari bercerita, selama berjalan kaki sudah tiga kali mengalami kejadian yang hampir sama. Ketika berjalan, ia disalip sebuah mobil yang kemudian berhenti tepat di depannya. Beberapa orang dengan postur tinggi besar dan berbadan tegap turun kemudian memotret Hari yang tengah berjalan. "Lalu orang-orang itu pergi begitu saja, itu saya alami di daerah Lamongan, Batangan dan Kudus. Saya tidak tahu itu teror atau apa, tapi kalau orang baik-baik biasanya malah menyapa saya, itu tidak ngomong apa-apa cuma motret langsung pergi, tapi ya tidak terlalu saya pikir, biarkan saja," ujarnya.

Diperkirakan, ia akan sampai di Jakarta dengan menempuh perjalanan sekitar satu bulan. Setiap singgah di satu kota, ia mengaku disambut hangat oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Hal itu ungkapnya juga menjadi pemicu semangat untuknya mencari keadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com