PONTIANAK, KOMPAS -
Kepala Bidang Pengendalian dan Konservasi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan Barat (Kalbar) Wuyi Bardini, Selasa (19/6), mengatakan, titik api kemungkinan masih akan bertambah jika dalam dua atau tiga hari ini tidak turun hujan di wilayah Kalbar.
”Masih terus terdeteksi adanya titik api baru. Rabu ini, kami akan cek langsung ke beberapa daerah bersama tim dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengetahui sejauh mana dampak yang timbul di setiap titik api,” kata Wuyi.
Titik api yang terdeteksi satelit tersebar antara lain di Kabupaten Sambas tujuh titik api, Ketapang enam titik api, dan Kubu Raya empat titik api. Titik api itu sebagian besar dari kebakaran lahan, dan sebagian lagi karena suhu udara tinggi di tempat itu.
Sebagian lahan yang terbakar adalah gambut. Kebakaran lahan gambut sulit dikendalikan karena bara api menyebar di bawah permukaan tanah.
Andre (45), warga Pontianak Timur, mengaku mulai menggunakan masker saat bepergian menggunakan sepeda motor pada malam hari. ”Saya merasa terganggu, dan hanya bisa menggunakan masker untuk mengantisipasi gangguan pernapasan,” kata Andre.
Asap pekat juga telah mengganggu penerbangan dari dan ke Bandar Udara Supadio, Pontianak. Bandara itu ditutup selama 1,5 jam sejak pukul 05.00 WIB, pada Senin lalu. Pelaksana Tugas General Manager PT Angkasa Pura II Cabang Supadio Syarif Usmulyani Alqadrie menjelaskan, 10 penerbangan tertunda akibat kabut asap saat itu.
Wali Kota Singkawang Hasan Karman meminta warganya tak membakar belukar di pinggiran kota dalam membuka lahan pertanian. ”Kabut asap akibat pembakaran lahan itu tidak baik untuk kesehatan. Saya minta masyarakat bisa mengerti, dan mempertimbangkan kepentingan umum,” kata Hasan.