Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Kuno Suku Matano Ludes Dijarah

Kompas.com - 18/06/2012, 13:18 WIB
Kontributor Tana Luwu, Husain

Penulis

LUWU TIMUR, KOMPAS.com - Kuburan tua suku adat Matano atau disebut dengan Makole Matano, di Dusun Matano, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, nyaris habis dijarah oknum yang tidak bertanggung jawab. Penjarahan skala besar ini  terjadi kompleks pekuburan tua yang lokasinya berada di Bukit Pangkaburu. Di komplek ini terdapat puluhan kuburan kepala suku “Makole” dan kerababatnya.

Tidak hanya mengambil barang-barang antik yang ikut dikubur bersama jasad, pencuri juga mengambil nisan kubur yang terbuat dari batu. Di mana nisan tersebut dapat membedakan antara kepala suku, kerabat wanita dan pria. “Yang membedakan kuburan pria dan wanita, dapat dilihat dari batu nisan yang ada, di mana nisan pria berbentuk alat kelamin pria, sementara batu nisan wanita, menyerupai patung yang dilengkapi dengan ukiran telinga serta buah dada wanita,” ungkap Nasar (31), cucu kepala suku adat “Makole Matano” yang ditemu di lokasi pekuburan, Sabtu (16/6/2012) lalu.

Rupanya, pencurian dengan cara membongkar kuburan sudah terjadi sejak beberapa tahun silam, dan masih terus terjadi hingga kini. Hal itu dinyatakan oleh Rezki, salah seorang warga Kampung Matano. Kini, hampir semua makam sudah tak sempurna bentuknya, karena terdapat bekal galian.

Menurut Mahading (86), Kepala Suku “Mahole Matano”, beberapa benda yang berasal dari kuburan Makole Matano, seperti batu nisan dan benda peninggalan lainya, malah ada tersimpan di museum luar negeri.  Mahading sempat memperlihatkan beberapa benda kuno yang disimpan di rumahnya. Benda kuno tersebut berupa parang, topi pasukan perang yang terbuat dari kuningan, guci, piring, cerek dan baki yang juga terbuta dari kuningan. Barang-barang tersebut diselamatkan dari areal pekuburan agar tak dicuri.

“Seharusnya pemerintah menjaga dan melestarikan keburan leluhur kami agar terhindar dari aksi pencurian, karena ini adalah identitas suku adat Matano yang masih tersisa," tambah Nasar.

Untuk menuju ke lokasi pekuburan, warga yang berada di puncak bukit. warga harus menyusuri semak belukar di sela-sela pohon, hal ini karena tidak ada akses jalan yang dibangun pemerintah setempat. Komplek pekuburan juga nyaris hilang karena tidak adanya perawatan pihak terkait, guna melestarikan peninggalan sejarah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com