Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lau Kawar, Danau Misteri di Kaki Sinabung

Kompas.com - 10/06/2012, 23:20 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

KOMPAS.com - Bersama tiga orang teman, menaiki sepeda motor berboncengan, kami menyusuri malam Kota Medan menuju Lau Kawar, danau yang berada di kaki Gunung Sinanung, Kabupaten Karo.

Perjalanan malam selama kurang lebih tiga jam memang menjadi pilihan untuk menghindari teriknya matahari pada siang dan sore hari, serta macet panjang yang kerap terjadi, apalagi jika perjalanan dilakukan pada malam minggu.

Rute di mulai dengan melewati Pancur Batu, Pemandian Sembahe, Bumi Perkemahan Sibolangit. Singgah sebentar menikmati dingin di ketinggian dengan segelas teh dan jagung rebus di Penatapan atau bakaran jagung.

Lalu melanjutkan jalan berliku dengan kanan kiri rumah penduduk, pengunungan, kebun sayur, pohon pinus, semakin indah saat bulan purnama.

"Matikan lampu, biar sinar bulan menyinari perjalan kita," kata seorang teman, selepas melewati pemandian air panas Lau Sidebu-debuk, yang juga jalur I pendakian menuju Gunung Sibayak.

Taman Hutan Raya (Tahura) Berastagi sudah tertinggal, mulai memasuki Peceren yang terkenal dengan penganan wajiknya, lalu sampai di pusat Kota Berastagi.

Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, maka perjalan menuju Lau Kawar harus dipercepat. Pasalnya, perjalanan akan ditempuh sekira satu jam lebih dengan kondisi medan jalan kecil berliku, menanjak, dan berlubang.

Tidak ada lampu jalan, kanan-kiri perjalanan dihiasi kebun sayur, ladang jeruk penduduk, dan jurang.

Sekira pukul 21.30 WIB, jalanan semakin mengecil, tak lama terlihat bangunan kecil yang sudah rusak, pos masuk.

Mulai terlihat Deleng Lancuk, danau yang indah dalam kebisuannya, dan Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.451 dpl bersembunyi di balik gelap dan dinginnya malam.

Terlihat beberapa tenda para pecinta dan penikmat alam berdiri di areal camping ground, tak jauh dari bibir danau. Setelah membayar retribusi masuk sebesar Rp 2.500 per orang, dan Rp 5.000 per tenda, kami pun mulai mendirikan tenda, tepat di samping pohon besar yang tak jauh dari danau.

Setidaknya pohon ini cukup membantu menghalangi angin yang bertiup sangat kencang malam ini. Semakin malam, dingin semakin menusuk, kami coba mencari penghangatan dengan membuat api unggun dan menyeduh kopi.

Sudah pasti, bagi yang perokok akan menghabiskan berbatang-batang rokok untuk menghalau dingin. Seorang teman yang membawa gitar mulai memainkan tembang-tembangnya, dan cerita tentang danau yang diam dengan misterinya mengalir.

Bagi kami, danau ini cukup eksotis dan layak untuk dijadikan objek wisata andalan. Minimal bagi mereka yang tak sempat ke Dabau Toba dapat menghilangkan rindunya dengan mendatangi danau ini.

Tapi sepertinya Pemerintah Kabupaten Karo, kurang perduli terhadap hal ini. Penataannya minim, begitu juga dengan fasilitas umum yang ada.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com