Nanga Bulik, Kompas -
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lamandau Joko Marwoto, di Nanga Bulik, Lamandau, Senin (7/5), mengatakan, saat ini terdapat sekitar 1.000 hektar (ha) perkebunan gaharu di Lamandau dengan jumlah total pohon sekitar 600.000 batang.
Gaharu dibudidayakan untuk menghasilkan resin yang merupakan bahan baku kosmetik, parfum, dupa, dan penambah aroma teh. Pada 2012, Pemerintah Kabupaten Lamandau akan mendistribusikan sekitar 50.000 bibit kepada 55 kelompok tani.
Pemerintah Kabupaten Lamandau juga akan membagikan 5.000 bibit dalam rangka penetapan Lamandau sebagai pusat pengembangan gaharu di Kalteng. Bibit disalurkan ke dua desa, yakni Batuampar, Kecamatan Menthobi Raya, pekan ini, dan Karangmas, Kecamatan Batangkawa, akhir Mei 2012.
Jumlah gaharu yang ideal untuk setiap hektar sekitar 400 pohon. Berdasar jumlah bibit yang dibagikan, lahan gaharu pada tahun 2012 diproyeksikan bertambah hampir 140 hektar.
Sementara itu, hutan mangrove di Provinsi Gorontalo bisa musnah lebih cepat dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan. Dari luasan 14.700 ha pada awal 1990, saat ini hutan mangrove di Gorontalo tersisa sekitar 8.700 ha. ”Dalam beberapa tahun terakhir, laju degradasi hutan mangrove di Gorontalo mencapai 500-an hektar per tahun. Diperkirakan 15 tahun ke depan atau kurang dari itu, hutan mangrove akan habis.
Bisa lebih cepat lagi jika digunakan peralatan canggih semacam ekskavator untuk membabat hutan mangrove,” ujar Rahman Dako, aktivis lingkungan di Gorontalo, pada peluncuran buku Atlas Mangrove Teluk Tomini, Senin (7/5).