Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Jember Diajak Menanam Gaharu

Kompas.com - 01/05/2012, 22:25 WIB
Syamsul Hadi

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com -- Pohon gaharu yang sudah mulai langka memiliki masa depan yang sangat menguntungkan, karena bernilai ekonomi sangat tinggi dibanding tanaman pohon jabon, sengon, dan mahoni. Pohon gaharu tidak hanya diambil kayunya sebagai bahan olahan atau furnitur, tetapi juga bisa dimanfaatkan daunnya sebagai bahan untuk minuman.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember Totok Haryanto mengatakan, daun gaharu menurut hasil penelitian mengandung kalsium dan vitamin P (bio flafonim). "Ini sangat bermanfaat untuk obat herbal bagi penyakit kanker dan banyak digunakan di Taiwan dan China," kata Totok, Selasa (1/5/2012) di Jember, Jawa Timur.

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember telah menjalin kerja sama dngan perusahaan swasta yang bergerak di bidang usaha pengadaan kayu bersedia membeli hasil tanaman pohon dari petani. Tanaman pohon gaharu bisa ditebang setelah mencapai usia tanaman 5 tahun hingga 7 tahun dan sudah berdiameter 12 cm.

Teguh Narsono dari PT Gemilang Gaharu Indonesia (GGI) menjelaskan, pohon gaharu memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan kini mulai langka. Gaharu telah mengalami masa krisis di Kalimantan dan Papua, karena banyak terjadi perambahan hutan. Untuk itu, perlu ada pengembangan areal tanaman ini di Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

PT GGI bermitra dengan petani untuk melakukan penanaman sambil memberi pengetahuan mengenai cara menanam dan merawat tanaman tersebut sampai panen. Sejak awal tanam, pohon gaharu membutuhkan perawatan secara khusus hingga umur satu tahun.

Pada usia satu tahun itu, daun pohon gaharu bisa dipakai untuk bahan minuman dan banyak diminati perusahaan, termasuk PT GGI yang bersedia membeli. Setelah mencapai umur 2 tahun hingga 5 tahun, kayu pohon ini dipakai untuk bahan wewangian dan diekspor ke Timur Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com