Balikpapan, Kompas -
”Kami tinggal menunggu pemkot menyampaikan sikap terkait revisi
Rumah 1.000 unit untuk warga berpenghasilan rendah di Batakan, Balikpapan Timur, ini mestinya mulai dibangun akhir 2011. Sudah terkumpul 4.000 peminat, 1.500 di antaranya lolos verifikasi, dan tinggal diundi. Lokasi di perbukitan, sekitar 15 kilometer dari pusat kota tetap diminati.
Namun, Pemkot Balikpapan minta pengembang mengubah luas kavling, dari 200 meter persegi (rumah komersial) menjadi 108 meter persegi (rumah murah). Syarat lain, lokasi 1.000 unit itu juga mesti mengumpul dalam satu area, bukan lima area.
Syarat ini tak mampu dipenuhi PT CGSA, pengembang pun mulai sulit mendapat kepastian prasarana sarana dan utilitas umum (PSU) dari pemerintah, sehingga tak bisa menjamin harga Rp 26 juta. Demikian juga fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dari pemerintah pusat juga belum jelas bagi perbankan.
”Kami sudah sampaikan kendala kami kepada calon pembeli soal kenaikan harga rumah. Mereka bisa menerima,” ujar Karel.
Amir Syarifuddin (37), warga RT 30 Gunung Sari Ilir, Kota Balikpapan, selaku calon pembeli, mengaku bisa memahami harga baru itu. Harga Rp 37 juta masih bisa dijangkau, daripada ia membeli rumah di Balikpapan sekitar Rp 150 juta.