Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tertarik Bangun Pabrik Pengolahan Zirkon

Kompas.com - 17/04/2012, 14:48 WIB
Dwi Bayu Radius

Penulis

PALANGKARAYA, KOMPAS.com- Investor Korea Selatan tertarik membangun pabrik pengolahan pasir zirkon di Kalimantan Tengah sebagai bahan baku wadah bahan bakar uranium. Ketertarikan itu disebabkan Kalteng memiliki potensi zirkon yang amat besar dengan kualitas baik.

Kepala Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Widi Setiawan di Palangkaraya, Selasa (17/4/2012), mengatakan, perusahaan dari Korsel yang tertarik membangun pabrik itu adalah Korean Nuclear Fuel (KNF).

Perusahaan itu memproduksi kelongsong (semacam tabung untuk diisi bahan bakar uranium) bahan bakar dari campuran  zirkon.  Wadah itu harus tahan suhu tinggi dan campuran zirkon merupakan bahan baku yang sesuai.

Korsel berminat membangun pabrik pengolahan zirkon menjadi ingot. Selanjutnya, ingot diubah menjadi bahan baku campuran zirkon untuk kelongsong. "Korsel tak memiliki sumber daya alam untuk zirconium ingot yang terbuat dari pasir zirkon dan masih mengimpornya," kata Widi. Padahal, Korsel punya banyak pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Pembangunan pabrik juga merupakan penunjang ke arah penggunaan nuklir sebagai sumber listrik di Indonesia. "Pokoknya, kita siapkan industrinya dulu. Kalau nanti Indonesia punya reaktor tapi tak ada pabrik, pasti PLTN akan tergantung negara lain," tutur Widi.

Karena itu, infrastrukturnya dibangun lebih dulu. Jika PLTN sudah selesai dibangun, fasilitas pendukungnya sudah siap. Setidaknya, keberadaan pabrik bisa digunakan untuk mengekspor ingot dulu termasuk ke Korsel.

Soal lokasi pabrik, Widi mengatakan, itu diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota di Kalteng yang siap menyediakan lahannya. Jika memungkinkan, pabrik harus berada dekat dengan pelabuhan.

Menurut Widi, pihaknya sudah pernah melakukan penelitian membuat ingot. Terkait itu, jika Korsel hendak membangun pabrik, perusahaan yang bersangkutan diminta memberikan kesempatan agar tenaga lokal bisa berperan sehingga tak semua sumber daya didatangkan dari luar negeri.

"Teknologi, sumber daya manusia, dan peralatan jangan dari Korsel semua. Jika tidak, kami hanya jadi penonton. Kalau pabrik dibangun, kami mau berkontribusi," ujarnya.

Seandainya muncul persoalan, Batan bisa ikut mengatasinya. Jika tak ada kontribusi lokal, ketergantungan terhadap Korsel akan sangat besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com