Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi dan Pengunjuk Rasa Adu Otot, Salah Siapa?

Kompas.com - 31/03/2012, 04:58 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai aksi unjuk rasa dilakukan elemen masyarakat untuk menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Aksi ini ada yang dilakukan dengan damai, tapi ada juga yang berujung pada kericuhan dan perilaku vandalisme baik dari polisi maupun pengunjuk rasa. Salah siapakah semua ini?

Menurut Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, ada indikasi ketidakadilan dari pandangan publik terhadap aksi kekerasan dalam unjuk rasa. Polisi seringkali disalahkan sebagai pihak yang melakukan kekerasan. Padahal, di sisi lain sebagian pengunjuk rasa juga turut andil menjadi pelaku kekerasan.

Dalam aksinya, demonstran tidak hanya membawa spanduk dan bendera, tapi juga kayu dan barang lain yang bisa dipakai dalam aksi mereka. Barang-barang itu kerap digunakan sebagai senjata. Batu menjadi pilihan terakhir untuk melempari aparat maupun merusak fasilitas umum yang ada di sekitarnya.

"Saya memang melihat ada semacam ketidakadilan dalam aksi-aksi unjuk rasa penolakan BBM ini. Kalau pengunjuk rasa bersikap destruktif, mau tidak mau polisi juga tidak bisa tinggal diam," ujar Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Jumat (30/3/2012).

Namun, ia juga tak menutup mata bahwa polisi memang juga melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. "Kita juga tidak bisa bilang bahwa polisi itu benar. Mereka juga terkadang bersikap arogan dalam mengamankan aksi," sambungnya.

Adrianus memandang aksi ricuh yang dilakukan pengunjuk rasa juga bukan tanpa sebab. Secara psikologis, kata dia, pengunjuk rasa berani berbuat apa saja karena mereka tidak sendiri, melainkan saling mendukung antar satu dengan yang lain. Aksi melempar batu dan merusak fasilitas ini biasa dilakukan karena tak ada diantara mereka yang melarang satu sama lain.

"Ketika mereka masuk dalam sebuah kelompok besar, mereka jadi memiliki jiwa kelompok. Mereka merasa seolah mendapatkan keberanian, melakukan tindakan kekerasan dan pengrusakan apapun, karena merasa mendapat dukungan dari kelompoknya. Merasa ada teman," jelasnya.

Ia pun mengingatkan para pengunjuk rasa agar menyadari resikonya jika mereka melakukan aksi kekerasan, ricuh dan pengrusakan. Menurutnya, banyak aksi unjuk rasa berakhir dengan damai. Harusnya hal tersebut dapat dicontoh para pengunjuk rasa yang anarkis.

"Kalau kita unjuk rasa dengan aksi kekerasan, ya harus tahu resikonya. Masa polisi akan menyambut pengunjuk rasa dengan senyum ramah ketika mereka merusak dan melempar batu. Kalau persuasif tidak bisa ya harus tindakan tegas," ujarnya.

Ganti Peluru dengan Air

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

    Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

    Nasional
    Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

    Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

    Nasional
    RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

    RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

    Nasional
    Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

    Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

    Nasional
    Putusan MA Dianggap 'Deal' Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

    Putusan MA Dianggap "Deal" Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

    Nasional
    Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

    Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

    Nasional
    Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

    Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

    Nasional
    Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

    Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

    Nasional
    Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

    Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

    Nasional
    37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

    37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

    Nasional
    Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

    Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

    Nasional
    7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

    7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

    Nasional
    Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

    Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

    Nasional
    Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

    Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

    Nasional
    Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

    Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com