Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Negara Timor Raya Kembali Mencuat

Kompas.com - 27/03/2012, 21:33 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Sempat muncul di permukaan saat menjelang eksekusi mati Fabianus Tibo, cs pada 2006 lalu, isu Negara Timor Raya mulai dibicarakan lagi dalam seminar sehari yang diadakan oleh Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.

Negara Timor Raya yaitu gabungan antara Timor Barat yang meliputi Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu dengan Negara Timor Leste.

Seminar yang berlangsung di Hotel Livero, Selasa (27/03/2012), menghadirkan tiga orang pemateri, Asisten I Setda TTU Yohanes Bani, Komandan Distrik Militer 1618 TTU Letkol Arm Eusebio Hornai Rebelo dan Pater Paul Wain, dengan topik "Peningkatan Nilai-Nilai Empat Pilar Kebangsaan Untuk Mempertahankan NKRI di Wilayah Perbatasan RI-RDTL".

Dalam diskusi dengan peserta yang berasal dari sejumlah organisasi kepemudaan itu, salah seorang peserta yang berasal dari Himpunan Mahasiswa Belu mengatakan kalau negara Timor Raya akan muncul kalau pemerintah pusat bersikap diskriminasi dalam hal perhatian, khususnya terhadap kaum minoritas (agama).

Selain itu menurutnya pembangunan hanya di daerah Jawa sedangkan untuk Indonesia Timur sering diabaikan.

Sementara itu Ketua SRMI Ciquito Lopez disela-sela seminar kepada Kompas.com mengatakan adanya hubungan emosional yang erat antara masyarakat Timor Barat dan Timor Leste sehingga memicu munculnya Negara Timor Raya.

"Secara sosiologis hubungan warga Timor Barat dan Timor Leste lebih dekat ketimbang hubungan antara Timor Barat dan Indonesia. Kemudian apa yang menjadi dasar Timor Leste merdeka sedangkan Timor Barat tidak?," kata Lopez.

Karena itu menurutnya langkah yang tepat yang harus dilakukan pemerintah Indonesia yaitu secepatnya mensejahterakan masyarakatnya secara menyeluruh tak terkecuali Timor Barat. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pater Paul Wain yang menilai dari aspek Mayoritas yang ingin mendominasi.

"Mengapa Papua dan Maluku bergejolak?hal tersebut disebabkan terlalu dominasinya kaum mayoritas.karena itu kita harus menghormati nilai-nilai yang sudah tertanam oleh pendiri negara kita yaitu pancasila," kata Paul.

Perhatian pemerintah pusat dari segi anggaran sudah cukup tinggi namun implementasi di lapangan yang kelihatannya pincang sehingga tidak sampai ke sasaran.

Terkait dengan isu Negara Timor Raya, Komandan Distrik Militer 1618 TTU Letkol Arm Eusebio Hornai Rebelo mengatakan, hal tersebut hanya isu yang berkembang sedangkan gerakannya sampai sejauh ini tidak ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com