Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Tenun Ikat Bali Sulit Regenerasi

Kompas.com - 26/03/2012, 21:55 WIB
Ayu Sulistyowati

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com- Perajin-perajin tenun ikat (endek) di Denpasar, sulit meregenerasi penenun. Kaum muda memilih pekerjaan modern, meski hanya sebagai penjaga toko, daripada duduk dan menenun kain endek seperti generasi orang tuanya.

Padahal, tiga tahun terakhir tenun ikat kembali digemari, terutama masyarakat lokal Pulau Dewata, setelah masa kejayaannya pudar tahun 1980-an.

Karena sulitnya mencari penenun, perajin tenun ikat terpaksa lambat memenuhi pesanan. "Kami kesulitan mencari penenun yang rajin dan sabar. Anak muda sekarang susah diajak menenun. Jadi, kami mengandalkan tenaga penenun yang ada saja dan berharap pemesan bisa bersabar menunggu kainnya selesai," kata pemilik kerakinan tenun ikat Sekar Jepun, Etmy Kustiyah Sukarsa, Senin (26/3/2012), di Denpasar.

Hal senada dikeluhkan AA Ngurah A Mayun Konta Tanaya, pemilik AAA. Orang tuanya sempat merintis kerajinan ikat di Denpasar dengan jumlah penenun puluhan orang. Namun, ia terpaksa menutup kerajinan itu karena semakin sedikit penenun dan sulit meregenerasi.

Bersaing

Selain kendala sulitnya mencari penenun baru, perajin juga mendapat tantangan adanya persaingan dengan kain tiruan dari luar Bali. Persaingan datang juga dari kain tenun buatan mesin. "Kami tak bisa berbuat banyak dengan kain-kain bukan tenun buatan tangan serta tenun dari luar Bali. Kami percaya pembeli yang mengerti kain, pasti, bisa membedakan mana produk asli Bali," ujar Etmy.

Soal harga, menurut Etmy, ia berani bersaing karena produk penenun harus dihargai meski tergolong mahal. Harga tenun produknya untuk ukuran panjang 2,25 meter mulai Rp 300.000 hingga lebih dari Rp 1 juta.

Beberapa penjahit kebaya dan baju tenun di Denpasar mengaku pesanan massal pakaian berbahan endek mulai meningkat, terutama dari kalangan perkantoran. Namun, mereka terpaksa menawarkan produk endek tiruan yang bukan asli dari perajin Bali karena minim persediaan.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Denpasar Selly Mantra Dharmawijaya mengaku tidak mudah menggairahkan para perajin dengan kekurangan sumber daya manusia. Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah perajin tenun ikat di Denpasar tinggal 17 perusahaan dari 200 per usahaan pada tahun 80-an.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com