Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan Ditembak, Induk Orangutan Peluk Anaknya

Kompas.com - 28/01/2012, 11:45 WIB

KOMPAS.com — Sepasang orangutan, terdiri atas induk yang sedang hamil dan anaknya, lolos dari peluru pemburu di saat-saat terakhir. Sang induk memeluk anak betinanya erat-erat saat bedil pemburu mengarah ke mereka di hutan Kalimantan, Mail Online melaporkan, Jumat (27/1/2012).

Di saat kritis itulah sebuah tim Four Paws, sebuah kelompok penyelamat satwa liar yang berbasis di Inggris, tiba dan menyelamatkan nyawa mereka. Para pemburu itu diduga orang-orang suruhan perkebunan kelapa sawit yang berusaha menyingkirkan satwa langka itu.

Oleh Four Paws, kedua orangutan itu kemudian ditangkap untuk dikembalikan ke wilayah hutan yang aman. Namun sebelumnya, pada tubuh sang induk dipasang perangkat radio agar mereka bisa dilacak dan keamanan mereka dipastikan.

"Kami datang di saat yang tepat," kata Dr Signe Preuschoft, pakar primata dari Four Paws.

"Kalau kami terlambat beberapa menit saja, kedua orangutan itu pasti sudah mati," lanjutnya.

Preuschoft mengisahkan, saat timnya tiba di lokasi, mereka mendapati sekelompok anak muda mengepung induk dan anak orangutan itu. Kedua satwa itu terlihat takut.

"Gerombolan itu bergembira karena sudah membayangkan hadiah atas penangkapan dan pembunuhan hewan-hewan itu. Pembantaian (orangutan) ini harus dihentikan," tegasnya.

Sebelum penyelamatan itu, satu tim Four Paws sudah menyisir sebuah lokasi di hutan Kalimantan, di wilayah Indonesia, yang berbatasan dengan Malaysia. Namun, mereka tidak menemukan orangutan-orangutan yang bertahan dari pembantaian sebelumnya.

Beberapa perusahaan minyak sawit memandang orangutan sebagai hama dan ancaman bagi bisnis mereka. Karena itu mereka menjanjikan imbalan bagi penangkapan atau pembunuhan terhadap orangutan. Satu kepala orangutan dihargai sekitar Rp 1 juta.

Peristiwa pembunuhan sejumlah orangutan yang mencuat pada September lalu menjadi berita besar di Indonesia, bahkan di dunia. "Membunuh orangutan merupakan perbuatan ilegal di Indonesia, tetapi hukum kurang ditegakkan," kata juru bicara Four Paws.

"Sebelum November tahun lalu, hanya dua orang kelas teri yang ditangkap. Namun dalam dua bulan terakhir 10 orang lagi ditangkap termasuk seorang manajer senior perkebunan tempat ditemukannya kuburan bangkai orangutan," lanjutnya.

Tragisnya, bayi-bayi orangutan yang induknya tewas dibantai kemudian dijual sebagai hewan peliharaan oleh para pemburu itu. Saat ditemukan oleh Four Paws, anak-anak orangutan yang mengalami trauma itu diselamatkan lalu dibawa ke sebuah tempat perlindungan untuk diajari beberapa kemampuan sebelum dilepas ke alam bebas.

Akibat pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan, populasi orangutan menurun drastis. Dari 250.000 beberapa puluh tahun silam, kini jumlahnya tinggal sekitar 50.000 saja yang hidup bebas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com