Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menempa Diri ke Gunung Rinjani

Kompas.com - 09/01/2012, 23:47 WIB

Ketua Tim Penulis: Ahmad Arif
Tim Penulis: Indira Permanasari, Agung Setyahadi, Agustinus Handoko, Cornelius Helmy Herlambang

MARWAN, (26) —bukan nama sebenarnya— pemuda dari Dusun Daya Rurung Barat, Desa Sembalun Bumbung, sebelumnya pemabuk, pencandu ganja dan obat-obatan terlarang. ”Saya melakukan apa saja untuk membeli obat,” kata dia.

Di telaga air panas hulu Sungai Kokok Putih, siang itu, dia berjanji menghentikan segala perbuatan buruknya di masa lalu. Perjalanan menapak Gunung Rinjani baginya seperti titik balik untuk memulai hidup baru.

Janji yang sama diikrarkan Maimun (24), bukan nama sebenarnya. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Mataram ini menyesali perbuatannya keluyuran dan mabuk-mabukan. ”Sekarang saya ingin berbuat baik kepada sesama karena hidup ini hanya sebentar,” ujarnya.

Keresahan dalam bentuk lain dialami Fulan (31)—juga bukan nama sebenarnya—yang kemudian memutuskan ikut dengan Haji Purnipa mendaki Rinjani. Dia merasa hidupnya tidak tenang meski berkecukupan secara materi. Jiwa mantan kepala sekolah salah satu tsanawiyah di Lombok ini terombang-ambing. ”Saya biasa berdakwah. Menguasai ayat-ayat Al Quran dan hadis, tetapi semua itu hanya kulitnya,” ujarnya.

Ia mengaku pernah membuat proposal kegiatan yang sebagian uangnya digunakan untuk keperluan pribadi. ”Saya menyesal dan ingin berubah,” ujarnya.

Haji Purnipa memimpin prosesi penyucian diri orang-orang dari berbagai macam latar belakang itu. ”Upacara pemandian di sini untuk orang yang mencari jati diri. Sejak zaman para wali, sudah ada upacara ini. Orangtua saya dan saya juga dimandikan di sini,” ujar Purnipa.

Anak bungsunya, Muhammad Saidi (23), juga dimandikan di telaga itu. Siang itu Saidi merupakan salah satu dari 11 pemuda yang berendam di hulu Kokok Putih. Baru dua tahun ini Saidi tergugah mencari jati diri. Sebelumnya, pemuda yang pernah menjadi wartawan di media lokal di Lombok ini juga mengaku sebagai tukang berkelahi dan mabuk.

”Sampai dua tahun lalu, ayah saya tidak mau mengakui saya sebagai anak,” kenang Saidi. Dia seperti anak ayam kehilangan induk. Saidi lalu meminta maaf. Purnipa pun membawanya ke Gunung Rinjani. Sudah dua tahun ini Saidi meninggalkan kebiasaan buruknya.

Purnipa telah dua kali naik haji ke Tanah Suci di Mekkah, yaitu tahun 1979 dan 1990. Dia tokoh agama sekaligus pemangku gunung dalam masyarakat adat di Sembalun. Untuk ”penyucian”, dia memilih pergi ke Gunung Rinjani. ”Gunung adalah tempat suci, nabi-nabi menerima wahyu juga di gunung,” kata Purnipa.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com