Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Pelapor KDRT dan Trafficking Bertambah

Kompas.com - 16/12/2011, 19:00 WIB
Herlambang Jaluardi

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com - Jumlah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perdagangan manusia (trafficking) yang melaporkan kasusnya ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, dua tahun ini meningkat.

"Pada 2011 ini kami menangani 68 kasus kekerasan dan perdagangan manusia yang menimpa perempuan. Tahun sebelumnya, sebanyak 24 kasus," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Jabar, Elis Nurbaeti, Jumat (16/12/2011).

Menurut Elis, angka tersebut serupa dengan fenomena gunung es. Jumlah riil di lapangan bisa jadi lebih besar. Terlebih lagi, Elis menambahkan, saat ini masyarakat sudah mengetahui keberadaan lembaganya, sehingga pelapor lebih banyak.

Menurut Elis, kelompok yang paling rentan terhadap perdagangan manusia adalah perempuan buruh migran.

"Dimintai uang dari agen sebelum keberangkatan sebenarnya adalah praktik trafficking. Namun masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal ini," ujarnya.

Ia meminta kepada calon tenaga kerja perempuan, untuk lebih memahami isi surat perintah kerja dan juga kontrak kerja.

Berdasarkan penelusuran Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Sukabumi, tak kurang dari 30.000 perempuan daerah itu bekerja di 34 negara pada 2011 ini.

"Minat bekerja ke luar negeri masih sangat tinggi, karena godaan gaji yang lebih besar dibandingkan bekerja sebagai buruh pabrik di Sukabumi. Bandingkan saja, upah pekerja pabrik lulusan SMP paling sekitar Rp 800.000 per bulan. Menjadi pembantu di Malaysia atau Arab Saudi, satu bulan dia bisa digaji sekitar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta," kata Kepala BKBPP ,Ade Adzhar.

Menurut Ade, kemiskinan masih menjadi latar belakang warga Sukabumi mencari kerja ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan mengurangi kreativitas membuka peluang usaha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com