Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menebang Pohon demi Perpustakaan

Kompas.com - 25/11/2011, 17:43 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perpustakaan menjadi salah satu tempat menimba ilmu secara mandiri bagi siapa saja. Keberadaanya pun dianggap dan menjadi persyaratan mutlak tiap sekolah yang berdiri.

Namun, apa daya terbatasnya lahan dan dana untuk membangun perpustakaan membuat sekolah-sekolah di pedalaman Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk disulap menjadi perpustakaan.

Hal inilah yang dialami SDN 012 Silikuan Hulu, Ukui. Sang kepala sekola, Edi Mohammad Muhtar mengaku buku-buku pelajaran pemberian Dinas Transmigrasi hanya digunakan setiap kelas jika dibutuhkan. Apabila tidak digunakan, buku-buku itu dibiarkan begitu saja di ruang guru sampai usang.

Tetapi, lama-kelamaan Edi menyadari pentingnya keberadaan perpustakaan bagi sekolah. "Perpustakaan termasuk salah satu program yang menentukan akreditasi sekolah. Kalau tidak ada, maka akreditasi terpengaruh," ungkap Edi, Kamis (24/11/2011), saat dijumpai Kompas.com di sekolahnya.

Semakin tinggi akreditasi sebuah sekolah akan membuat sekolah itu semakin diperhatikan dan bisa pula membuat anggaran bertambah. Edi berharap hal itu terjadi di sekolahnya.

Ia bersama lima guru lainnya akhirnya mengikuti program Pelita Pustaka yang diadakan Tanoto Foundation pada awal tahun 2010. Namun, lagi-lagi kendala terbatasnya ruangan membuat Edi harus berpikir keras.

SDN 012 Silikuan Hulu sebenarnya terdiri dari dua gedung berlantai satu. Satu gedung setengahnya terbuat dari kayu yang diperuntukkan untuk ruang kelas dan ruang guru.

"Gedung kayu itu saja swadaya masyarakat sudah dibuat kelas dan ruang guru. Sudah tidak ada lagi ruangan," kata Edi.

Edi pun sempat memaksakan perpustakaan di dalam kelas dengan diberi papan penyekat. Tetapi, hal itu tidak efektif karena justru mengganggu proses belajar di kelas sampingnya.

Untuk membuat sebuah perpustakaan beserta dengan bukunya, Edi butuh jutaan rupiah. Hal ini tidak memungkinkan mengingat kas sekolah setiap semesternya hanya mendapat Rp 14 juta.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com