Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Tanam Tak Serempak, Hama Menyerang

Kompas.com - 09/11/2011, 09:11 WIB
Siwi Nurbiajanti

Penulis

BREBES, KOMPAS.com — Musim tanaman bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berlangsung tidak serempak. Berdasar pantauan Kompas di sejumlah wilayah, Rabu (9/11/2011), terlihat sebagian petani yang sudah panen, sebagian lainnya mulai menanam atau sudah menanam tetapi belum panen, serta sebagian lainnya baru mengolah tanah.

Di Kecamatan Brebes, seperti di Desa Padasugih, petani mulai menanam bawang merah sejak sepekan lalu. Sementara di Desa Tengki, petani baru terlihat mengolah tanah. Di Kecamatan Wanasari, sebagian petani sudah memasuki panen, sebagian lainnya baru memulai menanam.

Musim tanam yang tidak serempak tersebut dikeluhkan oleh para petani karena memicu maraknya serangan hama. Hartogi (38), anggota Kelompok Tani Mitra Tani, Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari, mengemukakan, musim tanam tidak serempak, sebagai dampak kemarau panjang.

Seharusnya dalam kondisi normal, musim tanam bawang dimulai sekitar bulan September. Namun karena saat itu kondisi tanah masih kering, sebagian petani belum berani menanam bawang. Hanya petani-petani dengan modal besar yang berani memulai tanam, dengan pengairan sumur bor yang disedot menggunakan mesin pompa air.

"Jadi yang sekarang panen, itu yang memiliki modal dan sudah menanam sejak September. Kalau yang tidak punya banyak modal harus menunggu hujan," katanya.

Menurut Hartogi, kondisi itu memicu munculnya serangah hama pada tanaman bawang merah, yaitu hama ulat dan busuk daun. Ulat muncul sejak tanaman berusia 10 hari, sedangkan busuk daun mulai terjadi sejak tanaman berusia 40 hari.

Suriah (48), petani bawang merah di Desa Sisalam, mengatakan, serangan hama mengakibatkan produktivitas tanaman bawang turun. Dalam kondisi bagus, panen bawang bisa mencapai 20 ton per hektar. Namun, saat ini hanya sekitar 12 ton. "Sekarang petani merugi," ungkapnya.

Kondisi itu diperparah harga bawang yang sedang turun, dari Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 4.000 per kilogram. Dengan produktivitas panen sekitar 12 ton, petani hanya mendapatkan hasil jual sekitar Rp 48 juta. Padahal, biaya tanam yang dikeluarkan minimal Rp 50 juta per hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com