Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan Menumpuk di Lokasi Tertentu

Kompas.com - 09/11/2011, 03:36 WIB

Padang, Kompas - Koordinasi penyaluran bantuan bagi korban bencana banjir bandang di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dikeluhkan. Kerap kali terjadi penumpukan bantuan dari sejumlah lembaga hanya pada lokasi atau nagari tertentu.

Riki Hendra dari tim relawan Sekretariat Bersama Pencinta Alam Sumatera Barat, Selasa (8/11), menilai, hal itu terjadi karena belum semua lokasi bencana terpetakan dengan baik.

Air bah yang melanda sejumlah titik di Kabupaten Pesisir Selatan pada Kamis setidaknya 10 kecamatan dari 12 kecamatan yang ada dan menghancurkan jalan lintas Sumatera dari dan ke Bengkulu.

Saat ini, sebagian pengungsi membutuhkan obat-obatan dan tenaga medis yang relatif masih kurang. Padahal, sejumlah penyakit mulai menyerang sebagian korban bencana setelah banjir mulai surut. Salah seorang korban banjir di Nagari Sungai Sirah, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Robi Suhendra (27), mengatakan, sebagian warga mulai diserang gatal-gatal.

”Bantuan baru berupa mi instan dan beras, belum ada bantuan obat-obatan,” kata Robi. Banjir di kawasan tersebut telah surut sejak akhir pekan lalu. Namun, menurut Robi, sejauh ini belum ada bantuan untuk perbaikan rumah. Padahal, di nagari itu sedikitnya terdapat 50 unit rumah yang sebelumnya terendam banjir.

Dampak banjir juga masih melanda ribuan warga di empat kecamatan Kabupaten Pasaman Barat, yakni di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kinali, Koto Balingka, dan Ranah Batahan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pasaman Barat mencatat sebanyak 932 rumah terendam, memaksa 3.728 orang untuk mengungsi.

Potensi bencana

Seiring musim hujan, sekitar separuh dari 20 desa di wilayah Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, rawan bencana tanah longsor. Hal itu terjadi karena daerah permukiman penduduk berada di kawasan hutan lindung ataupun hutan produksi.

Sekretaris Kecamatan Pacet Rachmad mengatakan, ancaman tanah longsor yang dapat terjadi sewaktu-waktu di sejumlah desa rawan bencana tersebut telah diantisipasi oleh jajaran muspika Pacet dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.

Di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kampung Cienteung semakin sering digenangi air banjir. Warga meminta pemerintah segera mengeruk Sungai Citarum agar terhindar dari luapan air sungai itu.

Maryati (43), warga Cieunteung di RT 2 RW 9, Kelurahan Baleendah, menyebutkan, air banjir telah dua kali menggenangi ratusan rumah di kampungnya, yakni pada Kamis pekan lalu dan Senin pekan ini. Ketinggian air 40-50 sentimeter, dan memaksa sebagian warga mengungsi.

Kecepatan angin di Kota Jambi dan sekitarnya meningkat tiga kali dibandingkan dengan biasanya. Koordinator Bidang Pengkajian dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jambi Kurnianingsih mengatakan, kecepatan angin pada awal musim hujan kali ini meningkat menjadi 20-24 knot atau 36-43 kilometer per jam. Dalam kondisi normal, kecepatan angin hanya 14 kilometer per jam.

Ancaman banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung juga senantiasa mengintai wilayah Kabupaten Malang, Jatim. Kepala Bidang pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemkab Malang Bagyo Setyono tengah mengoordinasikan kemungkinan dan risiko bencana ini pada jajaran instansi terkait.(INK/MKN/TIF/ODY/ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com