Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihat Jasad Sang Ibu, Sandra Menangis Histeris

Kompas.com - 08/10/2011, 03:15 WIB

SUBANG, KOMPAS.com  Patricia Noya (23), putri Sandra Marlissa (53), korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Tanjakan Emen, Subang, menangis histeris begitu tiba di ruang tunggu kamar mayat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jumat (7/10/2011). Ia ditahan oleh kerabat dan keluarganya agar tidak masuk melihat ke kamar mayat di mana ibunya sudah terbujur kaku.

"Dia anaknya, enggak kuasa melihat mamanya. Ini yang datang semua kakak dari Ibu Sandra. Ibu Sandra ini bungsu (dari delapan bersaudara)," ujar Iyus (42), kerabat Sandra.

Ruang tunggu kamar mayat pun kian mengharukan dengan suara tangis keluarga Sandra. Bahkan Redolpha, kakak sulung Sandra, nyaris pingsan begitu membuka kain penutup jasad Sandra.

Sandra, yang juga pemandu wisata, merupakan satu dari empat orang korban tewas dalam kecelakaan tunggal minibus di Tanjakan Emen, Kampung Cicenang, Subang, Jumat (7/10/2011) sekitar pukul 11.00. Tiga korban lainnya adalah turis asing, masing-masing Mr WJ Oomen (WNA Belanda), Mrs K Matshushita (WNA Belgia), dan Mrs ECM Engelen (WNA Belanda).

Empat penumpang lainnya mengalami luka berat dan tujuh orang mengalami luka ringan. Selain itu, seorang pengendara sepeda motor yang terserempet bus tersebut, Gingin (26), mengalami luka ringan. Polisi menduga kecelakaan ini terjadi akibat rem minibus blong sehingga sopirnya tidak bisa mengendalikan bus tersebut.

Rene Marlissa (61), salah seorang kakak Sandra, tak menyangka adiknya akan pergi secepat itu. Ia sempat menyesalkan Marin Tur yang ternyata menggunakan bus yang sebenarnya bukan diperuntukkan wisata.

Menurut Rene, ia masih sempat berkomunikasi dengan adiknya itu kemarin pagi. Kepada adiknya yang baru satu tahun memiliki lisensi sebagai pemandu wisata tersebut, Rene memberikan arahan lokasi yang biasa digunakan para wisatawan yang kerap dibawanya.

"Saya kasih tahu sama dia (Sandra), jalurnya itu kalau dari Tangkubanparahu ke Sariater, berenang, lalu makan siang. Dari situ saya biasanya bawa ke Saung Angklung Udjo. Ya, saya bilang kalau ke Udjo itu gimana turisnya. Itu tadi pagi, kami SMS-an," kata pria yang kemarin mengenakan topi itu dan sempat terlihat kesal dengan tempat bekerjanya Sandra.

Meluncur cepat

Ade Abot (45), saksi mata yang sedang berada di warung di dekat lokasi kejadian, mengatakan, minibus bernomor polisi B 7917 ID tersebut sudah meluncur dengan sangat cepat dari arah Bandung dan terseok-seok sekitar 800 meter sebelum minibus tersebut menabrak tebing kebun teh.

"Mungkin karena menghindari sebuah mobil dari arah Subang, bus itu belok tajam ke kiri dan membentur tebing. Bus itu terbalik, lalu menabrak tebing di sebelah kanan dan berdiri dalam keadaan semula. Sewaktu terbalik, atap busnya rusak dan terbuka. Sebagian turis pun terlempar keluar ketika bus tersebut berdiri lagi," kata Ade saat ditemui di warungnya.

Ade mengatakan, warga yang kala itu sedang berada di sekitar lokasi kejadian, yaitu sekitar 1 kilometer dari Jalan Tangkubanparahu, langsung membantu para korban tersebut. Para korban, kata Ade, hanya bisa terdiam, merintih kesakitan, dan menangis karena luka-luka yang mereka derita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com