YOGYAKARTA, KOMPAS
Anggota Tim Media Center, Kanjeng Raden Tumenggung Purwowinoto, mengatakan, pada pernikahan tiga putri Sultan sebelumnya—Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, GKR Condrokirono, dan GKR Maduretno—resepsi selalu diselenggarakan di Keraton Yogyakarta. Namun, pada pernikahan putri kelima ini tradisi pernikahan Sultan Hamengku Buwono (HB) VII dipraktikkan kembali.
”Kebiasaan pernikahan Sultan HB VII dipakai lagi. Resepsi pernikahan berlangsung di Kepatihan yang dulu menjadi tempat tinggal Patih Danurejo. Namun, pada pernikahan kali ini ada hal yang khusus, yaitu Sultan akan hadir dalam resepsi. Dulu, zaman Sultan HB VII dan sebelumnya, Sultan tak pernah hadir dalam resepsi di Kepatihan,” ucapnya, Rabu (5/10) di Kepatihan, Yogyakarta.
Secara keseluruhan, prosesi pernikahan berlangsung selama empat hari empat malam mulai Minggu (16/10) hingga Rabu (19/10). Seluruh rangkaian upacara ritual pernikahan akan diabadikan dan dijadikan film dokumenter.
Film dokumenter ini akan dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan agar mudah dipahami masyarakat umum. Proses pengambilan gambar sudah berlangsung sejak bulan Juli lalu.
Prosesi pernikahan sendiri akan berlangsung di dua kompleks berbeda, yaitu Keraton Yogyakarta dan Kepatihan. Beberapa ritual yang diselenggarakan di Keraton, antara lain, adalah Nyantri calon pengantin laki-laki di Bangsal Kasatriyan dan calon pengantin putri di Keputren (tanggal 16 Oktober), kemudian prosesi siraman kedua calon pengantin secara terpisah di Bangsal Kasatriyan dan Keputren (17 Oktober), prosesi ahad nikah pengantin laki-laki di Masjid Parepen (18 Oktober) dilanjutkan upacara panggih di Bangsal Kencono serta pemberian ucapan selamat dari tamu di emperan Bangsal Proboyekso yang disusul resepsi di Kepatihan. Sementara itu, proses ritual terakhir adalah upacara Pamitan kedua pengantin baru dengan
GKR Bendara atau biasa dipanggil Jeng Reni dipersunting Achmad Ubaidillah yang merupakan salah satu staf Sekretariat Wakil Presiden.