Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telusuri Kerajaan Bengkulu Lewat Naskah Kuno

Kompas.com - 20/09/2011, 21:16 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com--Peneliti dan kurator museum Bengkulu menelusuri rekam jejak beberapa kerajaan di Bengkulu yang tidak pernah disebutkan dalam naskah kuno "Ka ga nga".

"Naskah ’Ka ga nga’ merupakan tulisan asli masyarakat melayu Bengkulu berasal dari aksara semit kuno, proto melayu, selain di Bengkulu ’Ka ga nga’ terdapat juga di Jambi, dan Lampung tulisan ini berasal juga dari aksara palawa," jelas kurator museum Bengkulu Muhardi,Selasa.

Menurutnya, huruf "Ka ga nga" muncul di Bengkulu pada abad ke XII pada masa agama Hindu-Budha sedangkan beberapa kerajaan ada di daerah itu menjelang abad ke XVII.

Ia mengatakan, dari beberapa naskah kuno Ka ga nga koleksi museum Bengkulu yang berhasil diterjemahkan, satu pun tidak ada yang menyinggung tentang keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut.

Beberapa naskah yang berhasil diterjemahkan berisikan kitab pengobatan, penyakit, kisah atau kejadian alam semesta, cerita tentang sang kancil, hukum adat, pantun, tata cara hubungan kaum muda, tata cara bertani, pantun, serta jampi dan mantra.

"Tidak ada satu pun naskah tersebut yang menyinggung keberadaan kerajaan di Bengkulu padahal usia huruf ’Ka ga nga’ jauh lebih tua dibanding kerajaan di Bengkulu, logikanya dalam naskah tersebut pasti disebutkan minimal satu kerajaan saja," tambahnya.

Ia menduga ada beberapa dugaan sementara (hipotesa) mengapa naskah kuno Ka ga nga yang digunakan masayarakat kuno Bengkulu tidak menyinggung tentang keberadaan di daerah itu.

Pertama, kerajaan di Sumatra pada umumnya tidak memiliki kewenangan penuh layaknya kerajaan di Jawa sehingga masyarakat tidak begitu peduli dengan kerajaan karena mayoritas kerajaan di Bengkulu adalah kumpulan komunal atau komunitas.

Beberapa kerjaan kecil itu diantaranya, Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai Itam, Kerajaan Selebar, Kerajaan Anak Sungai, dan Kerajaan Empat Petulai.

Artinya, secara legitimasi masyarakat tidak begitu mengakui keberadaan kerajaan ketika itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com