Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BIN Identifikasi 3 Masalah di Ambon

Kompas.com - 14/09/2011, 01:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Intelijen Negara (BIN) sudah mengidentifikasi tiga problem utama yang dapat memicu kembali konflik di Ambon, Maluku, jauh sebelum bentrokan antarkelompok di Ambon terjadi pada Minggu lalu.

"Sejak November 2010, ketika Komisi I melakukan kunjungan kerja, aparat BIN di sana sudah memberikan sinyalemen bahwa potensi konflik bernuasa SARA di Ambon itu masih rawan," kata Mahfudz Siddiq, Ketua Komisi I DPR, seusai rapat kerja dengan Kepala BIN Sutanto, Selasa (13/9/2011) malam.

Selain membahas anggaran, rapat kerja tertutup selama 2,5 jam itu membahas masalah bentrokan di Ambon.

Mahfudz menjelaskan, masalah pertama yakni kemiskinan di Ambon. Saat ini, Maluku menjadi provinsi termiskin ketiga di Indonesia. Kedua, kata dia, sensitivitas kelompok di Ambon masih kuat lantaran trauma masyarakat belum hilang pascakonflik berkepanjangan dahulu.

"Ketiga, akibat konflik yang lalu, ada semacam kantong-kantong penduduk berdasarkan etnis dan agama," kata politikus PKS itu.

Pandangan BIN itu, tambah Mahfudz, senada dengan pandangan TNI di Ambon. Namun, pandangan itu berbeda dengan pemerintah daerah (pemda). Pemda, kata dia, menganggap situasi di Ambon sudah kondusif, pembangunan berjalan lancar, dan potensi konflik sangat minim. Akibatnya, pemda tidak melakukan langkah antisipatif.

Kepada Sutanto, lanjut Mahfudz, pihaknya berharap BIN dapat memperkuat koordinasi dengan instansi lain agar situasi serupa tidak terulang. Informasi atau analisis yang didapat BIN, menurutnya, jangan hanya dikonsumsi internal BIN.

"Masalahnya, koordinasi harus diperbaiki. Perspektif pembangunan pemda kan mungkin ingin tampil baik. Hal tersebut harus sinkron dengan perspektif intelijen dan TNI yang mungkin cenderung antisipatif," ungkapnya.

Sutanto enggan menjelaskan apa yang terjadi di Ambon. Dia hanya menyebutkan bahwa kerusuhan itu murni karena kesalahan informasi yang beredar di masyarakat terkait kematian Darfin Saimen (32), tukang ojek. Dia meminta media jangan mengangkat berita-berita yang dapat merusak kembali kondisi normal di Ambon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com