Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Berniat Mengungsi

Kompas.com - 12/09/2011, 13:55 WIB

MANO, KOMPAS.com — Sejumlah keluarga warga tiga desa dan satu kelurahan di Kecamatan Poco Ranakan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu (11/9/2011), berniat mengungsi menyusul beredarnya informasi melalui layanan pesan singkat atau SMS (short message services) serta omongan dari mulut ke mulut yang menyebutkan bahwa Anak Ranakan segera meletus.

Namun, niat itu langsung urung setelah aparat kecamatan bersama jajaran terkait setempat menyampaikan pengumuman keliling guna meyakinkan warga bahwa informasi itu tidak benar dan menyesatkan.                

Perihal niat mengungsi sejumlah keluarga tersebut diakui Camat Poco Ranaka Thobias Suman di Mano (kota kecamatan) melalui ponselnya dari Kupang, Senin (12/9/2011) pagi. Katanya, sumber pemicunya adalah munculnya SMS yang langsung beredar luas di kalangan masyarakat. Isinya mengabarkan bahwa Anak Ranaka segera meletus.                

"Atas SMS itu kami langsung menghubungi Pos Pengamatan Gunung Api Anak Ranaka dan diperoleh penjelasan bahwa SMS itu tidak benar. Berdasarkan penjelasan itu pula kami langsung melakukan pengumuman keliling untuk menenangkan masyarakat," kata Thobias Suman.                

Kelompok keluarga yang sempat panik dan berniat mengungsi di Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur, itu masing-masing berasal dari Desa Golo Lobos, Compang Wesang, Bangka Pau, dan Kelurahan Mandosawu. Keseluruhan wilayahnya terbenantang di kaki sebelah utara Anak Ranaka. Dua desa tetangganya yang juga masuk dalam radius terancam adalah Desa Ranaka dan Waeri,i di Kecamatan Waeri'i, Kabupaten Manggarai.                

Menurut Thobias Suman, pihaknya sudah membangun posko khusus di Mano. Posko itu fungsinya mempersiapkan sejumlah langkah antisipasi secara darurat apabila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Posko juga berperan memberikan keterangan secara jelas perihal perkembangan Anak Ranaka berdasarkan informasi dari Pos Pengamatan Gunung Api Anak Ranaka.

"Tugas posko juga meredam kepanikan masyarakat atas berbagai informasi menyesatkan seperti pernah terjadi pada Minggu kemarin," ujar Thobias Suman.

Keterangan yang diperoleh menyebutkan, kepanikan warga selain bersumber dari SMS juga dimungkikan berkaitan dengan peningkatan status Anak Ranaka yang kini memasuki Level III atau Siaga.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api anak Ranaka, Bernadus Taut, sebelumnya mengakui peningkatan status gunung api tersebut ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, sejak Kamis (8/9/2011) pukul 16.00 Wita.            

Getaran gempa vulkanik Anak Ranaka pascaletusan perdananya 23 tahun lalu normalnya paling banyak tiga kali sehari, bahkan tak jarang tidak terjadi sama sekali.

Pada Rabu (24/8/2011) getarannya tiba-tiba melonjak tajam hingga 36 kali, masing masing gempa vulkanik dalam atau A sebanyak 26 kali dan gempa vulkanik luar atau B 10 kali.

Hari berikutnya, Kamis, terjadi getaran 17 kali masing-masing kategori A (10) dan B (7) dan selama Jumat 32 kali, yakni A (28) dan B (4). Berdasarkan lonjakan getaran gempa secara tajam itu, PVMBG Bandung langsung menetapkan peningkatan status Anak Ranaka dari Aktif Normal menjadi Waspada sejak Jumat (26/8/2011).            

Menurut Bernadus Taut, getaran gempa (berkekuatan rendah) Anak Ranaka belakangan naik-turun. Meski demikian, PVMBG menaikkan statusnya menjadi Siaga mengingat belum terjadi letusan susulan sejak letusan perdananya, 11 Januari 1988. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com