Jayapura, ibu kota Provinsi Papua.
Satu dari empat korban penyerangan pada Senin pukul 03.00 itu diidentifikasi sebagai prajurit TNI AD yang bertugas di wilayah Papua, yakni Dominikus Keraf. Ia berpangkat prajurit satu. Tiga korban lainnya adalah warga sipil, yakni Titin Riyanti, Wisawan, dan Sardi. Aksi itu juga melukai sembilan warga lainnya.
Namun, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Wachyono menegaskan, secara umum, kondisi keamanan di wilayah Papua masih tetap kondusif.
Menyusul aksi penyerangan di jalan poros Koya-Abepura itu, aparat keamanan segera mengaktifkan penjagaan pos polisi di Nafri, Abepura, sebelum tanggal 17 Agustus.
Penyerangan di ruas jalan Koya-Abepura itu bukan baru kali ini. Pada 29 November 2010, di tempat yang sama juga terjadi penyerangan oleh kelompok bersenjata. Kala itu, seorang warga bernama Riswandi Yunus (35) tewas tertembak.
Titik lokasi penyerangan berada di puncak tanjakan dari arah Nafri yang menikung. Jalan itu berada di pinggang perbukitan, menghadap Teluk Youtefa.
Dalam penyerangan Senin kemarin, para pelaku memalang jalan dengan batang pohon. Menurut keterangan para saksi, setiap kendaraan diminta berhenti. Kemudian, para pelaku segera menyerang penumpang kendaraan. Selain menggunakan parang, para penyerang juga menggunakan senjata api.
Saat itu, korban Titin Riyanti dan Wisawan mengendarai Toyota Hilux bernomor polisi DS 5851 AD dari Koya menuju Abepura. Adapun korban lainnya yang bernama Sardi adalah sopir taksi jenis Mitsubishi L 300 bernomor polisi DS 7117 A, dari Arso ke Abepura. Ketiganya tewas di tempat. Sementara Pratu Dominikus Keraf tewas dua jam kemudian di RSUD Abepura. Belum jelas apakah Keraf merupakan penumpang taksi yang dikemudikan Sardi.
Wakil Ketua Komnas HAM perwakilan Papua Matius Murib mengharapkan polisi mampu mengungkap pelaku dan motif penyerangan di Nafri.