Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Longsor Timbulkan Bahaya Ranjau

Kompas.com - 29/07/2011, 03:42 WIB

Seoul, Kamis - Ribuan petugas penolong Korea Selatan, Kamis (28/7), menggali lumpur tebal untuk mencari warga yang selamat dari tanah longsor dan banjir yang melanda negeri itu. Bencana yang menelan korban jiwa ini juga memunculkan ancaman baru setelah militer Korsel memperingatkan bahwa ranjau darat yang terkubur di dalam tanah mungkin terbawa longsoran.

Sedikitnya 77 orang tewas atau hilang akibat tanah longsor dan banjir bandang yang menyapu kawasan Seoul dan daerah lain di Korsel. Bencana ini disebabkan hujan yang turun dengan intensitas tertinggi dalam satu abad. Nilai kerugian yang diderita diperkirakan mencapai ratusan juta dollar AS.

Seoul, yang dihuni sekitar 10 juta penduduk, diguyur hujan dengan intensitas curah hujan 473,5 milimeter sejak Selasa hingga Kamis pagi. Biro cuaca mengatakan, curah hujan ini adalah yang tertinggi untuk bulan Juli sejak 1907.

Curah hujan hari Selasa, sebanyak 301,5 mm, merupakan rekor harian tertinggi dalam bulan Juli. Hujan deras itu mengubah jalan-jalan utama di ibu kota Korsel itu menjadi sungai, dibanjiri air berlumpur yang mengalir deras. Hujan mereda pada Kamis, tetapi diperkirakan akan turun lagi Jumat ini.

Dihentikan

Pencarian korban yang hilang akibat longsor di Gunung Umyeon, selatan Seoul, dihentikan kemarin setelah Kementerian Pertahanan memperingatkan bahwa ranjau yang ditanam di sana pada 1950-an mungkin telah bergeser. Kementerian itu mengatakan, 10 ranjau darat yang terkubur di dekat unit artileri pertahanan udara di Gunung Umyeon belum ditemukan sejak longsor terjadi, sehari sebelumnya.

Ranjau itu dipasang selama Perang Korea 1950-1953. Militer Korsel menggali banyak ranjau darat di gunung itu antara 1999 dan 2006, tetapi sekitar 10 ranjau belum ditemukan. Pagar di sekeliling pangkalan pertahanan udara itu dipasangi peringatan mengenai ranjau yang belum ditemukan itu.

Di Yangju, utara Seoul, bahan peledak tersapu dari sebuah depo amunisi ketika depo itu runtuh tertimpa longsoran. Seorang pejabat militer mengatakan, sebuah bahan peledak dan puluhan ranjau darat telah ditemukan.

Kepala Staf Gabungan Korsel memerintahkan anak buahnya untuk mengecek adanya bahan peledak yang tercecer di kawasan yang terkena bencana alam itu. Namun, kekhawatiran tidak juga reda.

Penyelamatan

Selain mengurusi pencarian ranjau, militer juga diterjunkan membantu operasi penyelamatan dan pembersihan. Meski hujan masih mengguyur, ratusan serdadu dengan topi baja dan mantel panjang menyekop lumpur sisa tanah longsor yang menghantam sebuah blok apartemen di Gunung Umyeon. Dinding lumpur setinggi tiga lantai menghantam gedung itu, menewaskan sedikitnya 15 orang.

Presiden Lee Myung-bak mengunjungi pusat komando untuk operasi darurat dan salah satu tempat yang terkena banjir. ”Kalau hujan terus turun seperti ini, tidak ada negara di dunia yang bisa menahannya. Kita harus meningkatkan ambang standar keamanan untuk menghadapi bencana alam seperti ini,” katanya.

Sementara itu, badai tropis Nock-ten meninggalkan Filipina, Kamis, setelah menyebabkan 35 orang tewas dengan 25 nelayan hilang. Jumlah korban dikhawatirkan bertambah saat petugas bantuan mencapai desa-desa terpencil. (Reuters/AP/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com