Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pemulung, 3 Bocah Hidupi Nenek

Kompas.com - 24/07/2011, 12:11 WIB

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Tiga anak di bawah umur di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, harus menjadi pemulung. Uang hasil mengumpulkan barang bekas itu untuk membeli beras dan seragam serta menghidup nenek mereka.

Mereka menjadi tanggung jawab Sahara, sang nenek, sejak kedua orangtua mereka bercerai. Padahal, nenek mereka tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun, sejak dua tahun lalu, peran itu berubah. Akibat jatuh dan mengalami patah kaki, Sahara tidak bisa bekerja. Kini, ketiga cucunya yang mencari nafkah.

Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil, berukuran 3 x 4 meter. Gubuk ini sudah reyot dan hampir rubuh karena dimakan usia.

Berbekal gerobak tua berukuran 2 x 1 meter, Taufiq (9) serta dua adiknya, Suryadi (8) dan Tiara (7), dengan sekuat tenaga berusaha mendorong dan menyusuri jalan-jalan di Kota Polewali Mandar. Mereka berburu kardus, plastik bekas, besi tua, dan barang bekas apa saja yang laku dijual. 

Taufiq dan adik-adiknya mencari barang bekas seusai jam sekolah atau pada hari libur. Mereka biasanya meninggalkan rumah sekitar pukul 13.00 Wita dan baru pulang malam hari setelah gerobaknya penuh barang bekas.

Barang bekas yang mereka kumpulkan dijual seharga Rp 1.000 per kilogram. Jika beruntung, Taufiq dan adik-adiknya bisa pulang membawa Rp 10.000 untuk disetorkan kepada neneknya. Namun, mereka lebih sering hanya mendapat Rp 5.000.

Dengan pendapatan sekecil itu, mereka harus memenuhi kebutuhan dapur, seperti membeli beras dan lauk pauk. Mereka berusaha menyisihkan penghasilan untuk membeli kebutuhan sekolah.

"Kalau dapat uang, saya kasih nenek untuk beli beras dan seragam sekolah," ujar Taufik dengan polos saat ditemui Kompas.com, Minggu (24/7/2011).

Jawaria, pedagang pengumpul barang bekas di Polewali Mandar, mengatakan, Taufiq bersaudara sudah lama jadi langganannya. Karena kasihan, Jawaria membekali Taufiq dengan sebuah gerobak tua untuk mengumpulkan barang bekas.

"Kasihan, Taufik dan adik-adiknya bisa dapat Rp 20.000 bagi rata bersama adik dan temannya," ujar Jawaria.

Orangtua ketiga bocah itu, Randi dan Wati, bercerai beberapa tahun lalu. Sejak bercerai, Randi bekerja di Kalimantan, sementara Wati menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Namun, sampai hari ini mereka tidak pernah mengirim sepeser uang pun untuk anak-anak itu.

Akibat perceraian Randi dan Wati, ketiga anak itu menjadi tanggungan Sahara, sang nenek, yang bekerja sebagai penjual kue. Namun, dua tahun lalu, Sahara terjatuh dan mengalami patah kaki. Sejak itu Sahara menjadi tanggungan cucu-cucunya.

"Kalau Taufiq dan adiknya seharian tidak bekerja saya tidak bisa beli beras lagi. Kami biasa mengutang ke tetangga untuk membeli beras," ujar Sahara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com