Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Mati, Petani Bangli Menangis

Kompas.com - 24/06/2011, 10:05 WIB

BANGLI, KOMPAS.com - Para petani ikan di kawasan danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali kian menangis pasca meluasnya kematian ikan di wilayah itu.

"Saat ini ratusan petani ikan menangis mengalami kerugian besar akibat meluasnya kematian ikan jenis mujair dan nila di wilayah itu, " kata Jero Saba,salah satu pembudidaya ikan di wilayah itu, Jumat pagi.

Kata dia, kematian ikan itu disebabkan adanya letusan di dasar danau Batur. "Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya kerugian bagi ratusan peternak ikan lainnya," katanya.

Selama ini, jelas dia para peternak untuk membudidayakann ikan rata-rata sumber dananya berasal dari pinjaman di bank. "Mereka membayar ke bank dengan cara kredit," ujarnya. Ia mengaku rata-rata para petani itu meminjam mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per orang.

"Bahkan, ada juga yang pinjam sampai ratusan juta," jelas Jro Saba yang juga mengaku untuk membudidayakan ikannya meminjam uang ke bank.

Dikatakan Saba, peternak yang membudiayakan ikan ada yang satu petak hingga 10 petak bahkan ada juga yang sampai 150 petak. Dalam satu petak terdiri dari 2.000 bibit hingga 2.500 bibit, namun saat panen bisa mencapai antara 1.000 ekor hingga 1.500 ekor per petak.

Sedangkan harga jual per 1.000 ekor yang telah panen, jelas Jero Saba mencapai minimal Rp 4 juta. "Hasil panen inilah yang biasanya diputar uangnya antara lain untuk membayar kredit bank dan pengadaan lagi bibit," katanya.

Namun kini, jelas dia dengan banyaknya ikan mati baik itu berupa bibit dan yang akan dipanen membuat peternak tidak bisa membayar kredit maupun pengadaan lagi bibit.

Hingga saat ini, kata Jero Saba, belum ada dinas terkait yang turun ke lokasi untuk memberi semacam solusi atau arahan atas persoalan pelik yang membelit peternak ikan danau di wilayah Lintang Danu (desa-desa yang ada di sepanjang Danau Batur).

"Seharusnya pihak berwenang turun memberikan klarifikasi," pinta Jro Saba.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com