Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cengkeh Gagal Panen

Kompas.com - 03/06/2011, 04:42 WIB

KUDUS, KOMPAS - Curah hujan tinggi membuat tanaman cengkeh di Kudus, Jateng, dan Madiun, Jatim, gagal berbunga dan mudah terserang bakteri pembuluh kayu. Kondisi itu memukul para petani setempat sebab saat ini harga komoditas itu naik 100 persen menjadi Rp 125.000 per kilogram.

Petani cengkeh Desa Kambangan, Kecamatan Gebog Kudus, Abdul (43), Kamis (2/6), mengatakan, saat ini banyak batang pohon cengkeh berlubang sehingga petani harus menutupnya dengan batang kayu cengkeh kering. Perawatan dan pemupukan itu menghabiskan biaya Rp 7 juta per pohon per tahun.

”Kami sangat terpukul dengan kondisi ini. Selain gagal panen, kami juga tidak bisa menikmati harga cengkeh yang melonjak dari Rp 50.000 per kilogram menjadi Rp 100.000-Rp 125.000 per kilogram,” kata Abdul.

Ahmad Guntur, pemilik Pabrik Rokok Bomber, mengaku panik dengan kenaikan harga cengkeh yang begitu tajam. Kalau harga cengkeh terus naik, perusahaan rokok skala kecil gulung tikar. ”Kami selalu kelabakan jika cukai rokok naik. Saat ini beban kami bertambah dengan naiknya harga cengkeh hingga lebih dari dua kali lipat,” kata Guntur.

Luas tanaman cengkeh di Kudus sekitar 150 hektar dengan total volume produksi 90 ton per tahun. Sentra produksi tersebar di Kecamatan Gebog dan Dawe, dikelola 190 petani.

Gagal berbuah

Sementara itu, di Madiun volume produksi cengkeh turun tajam hingga 90 persen pada 2011. Bahkan, ada petani yang sama sekali tidak panen.

Sudarwan, petani cengkeh, di Desa Kare, Kecamatan Kare, mengatakan, dari 80 pohon yang dibudidayakan, hanya tiga pohon yang tahun ini menghasilkan buah. Sisanya berdaun lebat tapi tak berbuah. Bahkan, dari tiga pohon cengkeh berbuah cuma memproduksi 35 kilogram basah. Padahal, untuk pohon cengkeh berusia 15 tahun, idealnya setiap pohon bisa menghasilkan 50 kg per tahun.

”Untuk tahun ini, meskipun harga cengkeh tinggi bahkan dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya Rp 50.000 per kg, tapi hitungannya saya rugi. Masalahnya biaya perawatan sangat besar, terutama untuk pupuk, yakni kompos dan urea. Lalu panen hanya sedikit,” katanya.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Madiun Supadi membenarkan bahwa produksi cengkeh tahun ini merosot tajam. Tanaman cengkeh di Madiun saat ini hanya mengalami pertumbuhan vegetatif, yakni menghasilkan daun tanpa bunga atau generatif. Dampak positif dari pertumbuhan vegetatif saat ini akan dirasakan oleh petani pada musim panen 2012 di mana produksi biasanya menjadi berlipat.

Penurunan produksi cengkeh, lanjut Supadi, sejatinya sudah terjadi sejak 2010 meski yang ekstrem baru tahun ini. Total produksi cengkeh di Madiun selama pada 2009 mencapai 375 ton. Akan tetapi, pada 2010 produksi cengkeh turun menjadi 351 ton. Adapun luas area tanaman cengkeh di Kabupaten Madiun mencapai 1.361 hektar.

(HEN/NIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com